Review Jurnal PENGELOLAAN AIR TANAH BERBASIS KONSERVASI DI RECHARGEAREA BOYOLALI
|
|||
PENGELOLAAN AIR
TANAH BERBASIS KONSERVASI DI RECHARGEAREA BOYOLALI (Studi Kasus Recharge
Area Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah) Oleh Meyra Riastika
|
|||
Tugas Review Jurnal MK Hidrologi dan Geohidrologi
|
|||
YOSI MUTIARA PERTIWI
13513175
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Judul
PENGELOLAAN AIR TANAH BERBASIS KONSERVASI DI
RECHARGE
AREA BOYOLALI (Studi Kasus Recharge Area Cepogo,
Boyolali, Jawa Tengah)
Jurnal Asli bisa diperoleh di: http://www.4shared.com/office/Xp6ynDg-ba/Tugas_Hidro_13513175_Jurnal.html
Penulis
Meyra
Riastika , Program Studi Ilmu Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro Semarang
Jurnal
Volume
9, Issue 2: 86-97 (2012)
Abstrak
Groundwater
potential in Boyolali District is very large, because it is situated on
Karanganyar - Boyolali Groundwater Basin. This study was conducted in order
to find an ideal form of conservation-based management to conserve ground
water potential in Boyolali District by analyzing the condition of
groundwater recharge area located in Cepogo and environmental problems in the
area.This study used survey methods by measuring, interviewing, and observing
the area, to obtain the facts occurring in the area. Result gained from the
research are groundwater potential in Boyolali District is large enough with
the total flow of the springs in Boyolali District to achieve 2.085
liter/sec, which is used for irrigation and clean water service taps. The
potential of groundwater depends on its recharge area located in Cepogo. Sub
district Cepogo which is located at elevation 700 - 1000 m above sea level,
and the ground water level ranges between 10 – 50 m under the local ground.
The environmental problems in groundwater recharge area Su district Cepogo
are: land usage caused by the sand mining and the social culture
farming.Groundwater conservation-based management based on PP No 43 Tahun
2008 proposed to be applied in recharge area Sub district Cepogo, Boyolali
District, through: the protection and conservation of groundwater,
preservation of groundwater, and quality management control of groundwater
pollution. This is the Government responsibility in accordance with their
authority and should be implemented by involving the community
Kata
Kunci: conservation, groundwater, Boyolali
Tujuan Penelitian
Penelitian
Pengelolaan Air tanah Berbasis Konservasi di Recharge Area Boyolali
diharapkan mampu mengidentifikasi permasalahan yang ada di recharge area Boyolali
dan mampu memberikan alternatif pengelolaan yang berwawasan lingkungan sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Latar Belakang
Di
Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, air tanah merupakan sumber air
utama dalam memenuhi suplai air bersih. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kabupaten Boyolali, sebagai perusahaan pengelola air bersih perkotaan bagi
warga, mengandalkan air baku dari air tanah yaitu dari Mata Air Tlatar.
Boyolali merupakan salah satu Kabupaten dengan potensi air tanah yang besar,
karena berada pada Cekungan Air tanah Karanganyar – Boyolali. Daerah di
sekitar sumber-sumber mata air ini tidak mengalami kekurangan air sepanjang
tahunnya. Namun beberapa tahun belakangan ini, penduduk yang memanfaatkan
sumber-sumber tersebut mengeluh bahwa sumber-sumber tersebut mengalami
penurunan debit dari tahun ke tahun.
Permasalahan
penurunan debit mata air ini diduga sangat terkait dengan kerusakan
lingkungan pada recharge area yang dirasakan semakin meningkat. Kerusakan recharge area disebabkan
oleh perubahan fungsi lahan, dan penambangan pasir liar yang mengakibatkan
kerusakan tanah dan peningkatan erosi dan sedimentasi.
Beberapa kegiatan konservasi sudah sering
dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Boyolali, seperti kegiatan penanaman
pohon di daerah lereng, dan di sekitar Kali Gandul Desa Paras.Namun muncul
kendala karena warga tidak mau menanam tanaman keras yang dibagikan oleh
BLH.Mereka lebih memilih untuk menanam tanaman semusim, dengan alasan
hasilnya dapat lebih cepat dinikmati jika dibandingkan dengan tanaman keras
yang waktu tumbuhnya lama.
Metode
Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Sedangkan berdasarkan
teknik dan alat yang digunakan untuk meneliti, penulis menggunakan metode
survei untuk memperoleh fakta – fakta yang terjadi di daerah penelitian
Metode survei
yang dilakukan meliputi:
1. Pengukuran
Pengukuran
yang dilakukan adalah pengukuran muka air tanah pada sumur gali milik
penduduk secara random.
2. Wawancara
Dalam
penelitian ini wawancara dilakukan pada sekelompok warga di Kecamatan Cepogo
dan stakeholder pengelola kegiatan konservasi di Kabupaten Boyolali
dalam hal ini yaitu Bapeda Kabupaten Boyolali dan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Boyolali
3. Observasi
Observasi yang
dilakukan adalah observasi langsung, dimana erjadinya pengamatan terhadap
keadaan sekitar saat proses wawancara berlangsung.
Data yang
diperoleh di lapangan kemudian diolah dan dianalisis. Metode yang digunakan
dalam melakukan analisis adalah analisis kuntitatif dilakukan dengan cara
kuantitatif spasial. Data – data yang didapatkan dioleh secara spasial dengan
menggunakan GIS, program ArcView 3.3 dan Google Earth.
Hasil dan
Pembahasan
Air Tanah
Sebagai Sumberdaya di Kabupaten Boyolali
Boyolali
mempunyai potensi air tanah dalam bentuk mata air yang cukup besar, total
mencapai 2.085 l/dtk, yang dimanfaatkan untuk keperluan irigasi dan sumber
air bersih PDAM. Pelayanan air bersih di Kabupaten Boyolali dibedakan menjadi
dua sistem, yaitu sistem perpipaan dan sistem non-perpipaan.
Pelayanan air
bersih dengan sistem non perpipaan adalah sistem pemenuhan kebutuhan air yang
diperoleh langsung dari sumbernya tanpa melalui jaringan penyalur/pipa.
Sumber air bersih non-perpipaan berasal dari air tanah yang dimanfaatkan
dengan pembuatan sumur gali maupun sumur pompa tangan, selain itu air
tersebut juga dapat diperoleh melalui mata air yang dimanfaatkan langsung
oleh masyarakat dengan cara mengambil dari sumbernya.
Pelayanan air
bersih dengan sistem perpipaan adalah sistem pemenuhan kebutuhan air bersih
yang diperoleh melalui sistem jaringan yang dikelola dan didistribusikan.
Kemampuan produksi air bersih PDAM Boyolali, maksimum dalam satu hari adalah
2.570 m3, dengan sumber air baku dari Mata Air Tlatar (Bappeda 2008).
Karakteristik
Daerah CAT Boyolali
Mempelajari air tanah tidak terlepas dari mempelajari sedikit kondisi
litologi, stratigafi dan hidrostratigafi Cekungan Air tanah (CAT) sebagai
tempat tersimpannya air tanah. Daerah imbuhan air tanah (recharge area) adalah
daerah yang memiliki karakteristik pergerakan aliran air tanah vertikal ke
bawah yang dipengaruhi oleh gravitasi atau aliran air tanah yang mengikuti
kemiringan akuifer. Sedangkan daerah lepasan air tanah (discharge area)
adalah daerah yang memiliki karakteristik pergerakan aliran air tanah
vertikal ke atas sesuai dengan kondisi kemiringan akuifer. Biasanya di daerah
imbuhan, muka air tanahnya terletak pada suatu kedalaman tertentu, sedangkan
muka air tanah daerah lepasan umumnya mendekati permukaan tanah.
Permasalahan
di daerah Imbuhan (Recharge Area) Cepogo
Recharge
area adalah daerah yang menyediakan sarana utama untuk pengisian air
tanah, recharge area alami yang baik adalah daerah dimana airpermukaan
mampu meresap menjadi air tanah. Jika daerah resapan berhenti berfungsi
dengan baik, mungkin tidak ada air tanah yang cukup untuk disimpan dan
digunakan. Dapat
disimpulkan bahwa pada daerah imbuhan benar arah aliran air tanah berasal
dari atas menuju ke bawah mengarah ke hilir. Sedangkan pada daerah lepasan,
arah aliran air tanah berasal dari bawah menuju ke atas mengarah ke hilir.
Sumur yang dibuat di daerah lepasan umumnya mempunyai muka air tanah yang dangkal, dan semakin diperdalam sumur tersebut
makin dangkal pula kedudukan muka air tanahnya.
Tata
Guna Lahan
Permasalahan
terkait tata guna yang dominan adalah adanya penambangan pasir di beberapa
wilayah dan perubahan pola tanam masyarakat.Penambangan pasir menyebabkan
turunnya muka air tanah, sedangkan perubahan pola tanam menyebabkan erosi dan
peningkatan run off.
Kondisi
Sosial Masyarakat
Penduduk di desa-desa Kecamatan
Cepogo mengandalkan perekonomiannya pada sektor pertanian tanaman pangan dan
peternakan. Jumlah penduduk Kecamatan Cepogo yang masih berstatus
pra-sejahtera cukup tinggi. Dikarenakan desakan kebutuhan ekonomi, yang tidak
tercukupi jika hanya mengandalkan hasil dari pekarangan dan buruh tani, maka
potensi pasir yang tersedia di sekitar menjadi alternatif pilihan untuk
memperoleh tambahan penghasilan keluarga, apa lagi pembeli dan permintaan
pasar akan pasir Merapi terus meningkat. Pengambilan pasir di sekitar tempat
tinggal untuk membantu pemenuhan kebutuhan rumah tangga bagi sebagian kecil
warga di beberapa desa di Kecamatan Cepogo sudah berlangsung cukup lama.
Pola
fikir masyarakat merupakan kendala yang dominan pada kegiatan konservasi di
daerah imbuhan (recharge area) karena kebanyakan mereka hanya
berorientasi pasa kebutuhan sesaat.
Konservasi
Air Tanah
Konservasi
air tanah ditujukan untuk menjaga kelangsungan keberadaan, daya dukung, dan
fungsi air tanah, dan dilaksanakan berdasarkan rencana pengelolaan air tanah.
Dimana rencana pengelolaan air tanah disusun secara terkoordinasi dengan
rencana pengelolaan sumber daya air yang berbasis wilayah sungai dan menjadi
dasar dalam penyusunan program pengelolaan air tanah. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa konservasi air tanah tidak dapat dipisahkan dari konservasi
air permukaan.
Konservasi
air tanah, berdasarkan PP No 43 Tahun 2008, dilakukan secara menyeluruh pada
cekungan air tanah yang mencakup daerah imbuhan dan daerah lepasan air tanah,
melalui:
1.
perlindungan dan pelestarian air tanah;
2.
pengawetan air tanah; dan
3.
pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran air tanah.
Di
mana kewenangan penyelenggaraannya berada di tangan Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya, dengan mengikutsertakan
masyarakat.
Saran
Bentuk
kegitan yang dapat dilakukan sebagai upaya perlindungan dan pelestarian di
daerah imbuhan air tanah (recharge area) Cepogo Boyolali, antara lain:
1.
Penetapan zona penambangan bahan tambang golongan C, dan menghentikan
kegiatan penambangan Galian C di wilayah prioritas
2.
Melakukan kegiatan konservasi secara agronomis.
3.
Melakukan kegiatan konservasi secara mekanis
4.
Pengaturan daerah sempadan sumber air
5.
Pengendalian pengolahan tanah.
6.
Pembuatan Sumur Resapan
Salah
satu cara peningkatan kapasitas imbuhan air tanah melalui imbuhan buatan yang
dapat dilakukan adalah dengan membuat sumur resapan.
Pengelolaan
kualitas dan pengendalian pencemaran air tanah ditujukan untuk mempertahankan
dan memulihkan kualitas air tanah sesuai dengan kondisi alaminya. Pengelolaan
kualitas dan pengendalian pencemaran air tanah dilaksanakan dengan cara:
1.
mencegah pencemaran air tanah;
2.
menanggulangi pencemaran air tanah; dan/atau
3.
memulihkan kualitas air tanah yang telah tercemar
|
|||
|
Komentar
Posting Komentar