Ketika Kakak Dilarang Menyambut Adiknya Sendiri
Sudah lama beredar dan berlalu-lalang kabar bahwa ospek fakultas terancam ditiadakan. Lambat laun kabar berganti bahwa Pekta (Pekan Taaruf) yaitu suatu acara yang mengenalkan mahasiswa/i barunya terhadap fakultasnya sendiri, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Universitas Islam Indonesia (UII) ini akan diadakan dengan susunan panitia dari jajaran birokrat yaitu dekanat dan jurusan beserta mahasiswanya.
Nyatanya berbagai acara duduk bersama tidak mencapai mufakat. Kabar yang sampai pada saat menulis ini adalah dari birokrat menolak menggunakan nama Pekta beserta segala macam susunan acara yang telah dirangkai oleh panitia dari LEM FTSP UII. Iya, di UII adanya LEM bukan BEM. Mahasiswa seakan diharuskan mengikuti segala rangkaian acara yang disusun birokrat. Kabar yang aku dengar juga sih, dari Lembaga mahasiswa sudah mengalah dengan meniadakan DPL berikut serangkaian kegiatan kedisiplinan dan baris berbarisnya. Akan tetapi, tetap ditolak. Bahkan nama Pekta ini pun tidak digunakan lagi, pihak birokrat memutuskan menggunakan nama PMBF Pilar Bangsa 2017.
Lucunya, sampai dengan siang ini aku banyak mendengar panitia dari birokrat -yang termasuk juga dosen- mulai mengajak mahasiswa-mahasiswinya mendampingi adik-adik mabanya, yang singkat saja biasa kami sebut waljam. Dimana letak lucunya? Ya lucu, kemarin dari lembaga kemahasiswaan mengajak bekerja sama bersedia mengendurkan ego dengan menghilangkan konsep-konsep yang rawan menjadi kekerasan khususnya kekerasan verbal tidak diterima. Kini malah kembali mahasiswa-mahasiswinya yang dicari dan diminta membantu.
Tidak. Aku sedang tidak berusaha menyalahkan salah satu pihak. Katakan aku main aman, terserah aku tidak peduli. Semua yang tertulis murni pandanganku atas kegaduhan yang terjadi.
Mari mencoba melihat dari sisi birokrat. Kalau bisa diibaratkan, mereka ini orangtua yang saking terlalu sayangnya kepada anaknya akhirnya menjadi overprotective. Ini tidak boleh, itu tidak boleh. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan segala yang membuat UII Berduka yang belum lama ini membuat gempar se Indonesia.
Lantas siapa yang salah? Tulisan ini bukan untuk membahas siapa yang salah, siapa yang paling bersalah, siapa yang harus bertanggungjawab lebih banyak. Bukan untuk semua itu. Tulisan ini sepenuhnya opini dari penulis. Tulisan ini menanggapi adanya sebaran dan ajakan aksi damai yang akan dilangsungkan esok hari bertepatan dengan Pekta FTSP UII yang kini berganti nama PMBF Pilar Bangsa 2017.
Berikut merupakan surat pernyataan dari DPM FTSP UII mengenai kegiatan ospek fakultas pada tahun 2017 ini.
Kawan-kawan seperjuangan dari Lembaga Mahasiswa yang pernah
membesarkanku sampai sekarang ini. Aku mendukung untuk tidak diam saat
hak kita dirampas. Aku pernah tahu lelahnya mengonsepkan acara dari
jauh-jaug har kemudian terjegal dengan perizinan. Satu titipku kawan,
pastikan besok aksi yang dijalankan benar-benar berlangsung damai.
Sekali besok aksi ini melenceng. Siapa yang jadi korban? Menurutku yang
jadi korban ya adik-adik maba FTSP UII angkatan 2017.
Mereka
adalah pemberani yang mampu meyakinkan diri dan orangtuanya untuk
datang, daftar dan berkuliah di kampus yang katanya pernah disebut-sebut
se Indonesia sebagai kampus tersadis dengan adanya korban kemarin.
Mereka adalah para pemberani tapi ingat juga mereka masih sangat polos. Mereka akan
kebingungan dengan internal di fakultasnya sendiri.
"Bukankah kami disambut? Bukankah pada banner yang terpasang tertulis Sugeng Rawuh? Ini apa yang terjadi?" - mungkin ini hanya sebagian kecil kemungkinan yang terlintas dalam benak mereka.
Belum lagi kalau sampai berita aksi besok adalah aksi arogan bukan aksi damai ke telinga orangtua mereka. Bayangkan bagaimana mereka yang sudah lelah mengikuti serangkaian acara harus menjawab pertanyaan orangtua mereka yang mereka sendiri masih bingung dengan apa yang terjadi?
Pikirkan juga nasib kelembagaan mahasiswa kedepan. Jangan munafik, bukan kah setiap lembaga baik itu DPMF, LEMF, HMJ, SOLID, juga beragam UKM dibawah Fakultas maupun Jurusan masing-masing kini terasa seperti krisis penerus? Sungguh berhati-hatilah dalam bersikap, jangan sampai esok hari lembaga kemahasiswaan kita kosong tidak ada yang mengisi akibat adanya kesalahpahaman yang terjadi.
Pikirkan adik-adik kita.
Jaga aksi besok benar-benar dalam koridor damai sebagaimana mestinya.
Buka wawasannya terhadap permasalahan yang terjadi tapi tidak dengan memaksakan kehendak dan kepercayaannya.
Bimbinglah adik-adik kita, kenalkan mereka pada FTSP. Beritahu mereka, kita bukan pecinta kekerasan, kita pejuang keadilan.
Naluri dan jiwa kepemimpinan mereka akan tergerak kalau kita bersikap sebagaimana seharusnya kakak berlaku pada adik. Ingat, ini semua mengenai usaha kita menyambut para mahasiswa/i baru yang ternyata memiliki jalan berbeda dengan birokrat. Tunjukkan ini bukan mengenai keegoisan dan keinginan eksistensi di depan adik-adik saja sebagai abang mbak yang gaul nan hits.
Selain itu..
Teruntuk bapak ibu dosen dan para pegawai FTSP yang mungkin terlibat menjadi panitia dan ikut lelah dan pusing dalam kegiatan menyambut adik-adik maba kami. Terimakasih telah menyisihkan waktunya, merelakan pulang lebih malam dari biasanya. Penulis doakan semoga tidak dijadikan alasan untuk melupakan tanggungjawabnya khususnya sebagai dosen yang harus mengeluarkan nilai terlebih pada mata kuliah yang menjadi persyaratan untuk mengambil mata kuliah lanjutan saat KRSan. Semoga segala urusan bapa dan ibu dipermudah selalu, semoga komunikasi yang baik dan mufakat segera berjalan lancar kedepannya. Aamiin, aamiin ya rabbal alamin.
Sekali lagi kawan-kawanku seperjuangan yang akan mengikuti aksi besok, semoga mampu menjaga koridor damai, hati-hati provokasi.
-Tertanda,
Yosi Mutiara Pertiwi
Alumni dan bagian dari Teknik Lingkungan FTSP UII 2013.
Alumni yang selama jadi mahasiswi jarang banget duduk di kantinnya sendiri.
Alumni yang jarang ikut kumpul ngopi-ngopi sampai pagi.
Alumni baru yang belum jelas arah karir dan kehidupannya kedepan sehingga masih bahas di sekitar ospek fakultasnya (((doakan kedepan bisa bahas isu lingkungan dan segera ilmu dan gelarnya berfaedah bagi masyarakat))).
Yosi Mutiara Pertiwi
Alumni dan bagian dari Teknik Lingkungan FTSP UII 2013.
Alumni yang selama jadi mahasiswi jarang banget duduk di kantinnya sendiri.
Alumni yang jarang ikut kumpul ngopi-ngopi sampai pagi.
Alumni baru yang belum jelas arah karir dan kehidupannya kedepan sehingga masih bahas di sekitar ospek fakultasnya (((doakan kedepan bisa bahas isu lingkungan dan segera ilmu dan gelarnya berfaedah bagi masyarakat))).
Nb: Penulis menerima segala kritik dan saran akibat kurangnya ngopi dan duduk di kantin juga karena penulis kebanyakan makan micin kali ya ;)
Komentar
Posting Komentar