PENANGGULANGAN KESIAPAN JANGKA PENDEK SERTA PENYIAPAN JANGKA PANJANG SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) INDONESIA YANG TERDIDIK DAN TERLATIH DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015
PENANGGULANGAN KESIAPAN JANGKA PENDEK SERTA PENYIAPAN JANGKA
PANJANG SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) INDONESIA YANG TERDIDIK DAN TERLATIH DALAM
MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015
Disusun
Oleh :
Yosi
Mutiara Pertiwi (13513175)
Lisa
Gustia Norma Mungkari (13513184)
Arsy
Anastasya Rahmadani (13513185)
Mechanical
Education Fair 2015
Universitas
Islam Indonesia
Daerah
Istimewa Yogyakarta
2015
DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................3
1.4
Manfaat..............................................................................................................4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori...................................................................................................5
BAB III
METODOLOGI
3.1 Sumber Literatur dan
Data.................................................................................6
3.2 Pengolahan Data.................................................................................................7
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data....................................................................................................................8
4.2
Pembahasan........................................................................................................9
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Abstrak
Menyadari
Asean Economic Community 2015 yang kian mendekat, negara-negara anggota ASEAN
termasuk Indonesia harus melakukan realisasi upaya kemantapan diri. Manusia adalah
pelaku sebagai pemeran pemenuhan kebutuhan juga sebagai objeknya sendiri yaitu
sebagai sasaran dan tolak ukur keberhasilan. Salah satu usaha untuk dapat
mengintegrasikan perekonomian Indonesia dalam kesiapan menghadapi Asean
Economic Community (AEC) tentunya dengan meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia.
Penelitian
ini bertujuan untuk bersama-sama membangun Indonesia yang lebih tangguh dan
siap menghadapi AEC, khususnya dalam bidang pendidikan untuk meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang dituju adalah SDM yang terdidik
dan terlatih.
Metode penelitian yang digunakan ini
adalah deskriptif analitik. Berangkat dari kenyataan yang ada dilapangan juga
hasil analisa penggambaran Indonesia kedepannya. Data yang tercantum diperoleh
dan dikumpulkan dengan studi
kepustakaan. Data yang diambil adalah data-data sekunder berupa buku, jurnal
maupun informasi dari internet yang validitasnya dapat dipertanggungjawabkan.
Hasil penelitian menunjukkan
Indonesia sebagai negara berkembang akan mengalami ketertinggalan apabila tidak
segera menyiapkan diri. Budaya masyarakat yang konsumtif justru akan menjadi
Indonesia sebagai sasaran tujuan penjualan. Dimana pada akhirnya Indonesia akan
tumbuh pesat sebagai negara konsumtif namun mati dalam hal produktivitas.
Roda-roda perekonomian masyarakat kecil akan mati bila tidak mulai diberdayakan
dan mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Tingkat pengangguran akan terus
meningkat karena SDM negeri akan kalah dengan tenaga kerja dari negara lain yang
sudah terdidik dan terlatih.
Diperoleh
kesimpulan Indonesia masih belum siap seutuhnya untuk menciptakan SDM yang
terdidik dan terlatih sekaligus. Seharusnya keduanya berjalan selaras. Namun
hal ini dapat ditanggulangi. Dalam jangka pendek yang sekiranya dapat dilakukan
yaitu mengadakan pelatihan-pelatihan maupun seminar yang nantinya mampu membuka
pikiran setiap orang itu sendiri untuk mampu dan berani memilih keahlian yang
akan dia tekuni seterusnya. Usaha yang dilakukan dalam jangka pendek ini untuk memberdayakan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah layaknya homeindustry
maupun handycraft. Sebagai bentuk
penanggulangan pengangguran dan penguatan perekonomian masyarakat kecil. Usaha
jangka panjangnya nanti akan pengadaan evaluasi terhadap sistem pendidikan yang
ada di Indonesia yang diharapkan akan mampu bersaing dengan tatangan global.
Pendidikan Indonesia nantinya terarah untuk mampu melintasi budaya dan bahasa.
Sangat diyakini Indonesia akan mampu bersaing dalam pasar bebas apabila mau
mencoba dan bersegera mengimplementasikan usaha tersebut.
Format lengkap dapat diunduh di: http://www.4shared.com/web/preview/pdf/rzuaMrqeba?
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tahun
2015 adalah tahun dimana Indonesia dihadapkan dengan Asean Economic Community
(AEC). Menghadapi arus pasar bebas yang terus mengglobal AEC adalah jawaban
dari berbagai tantangan untuk negara-negara yang tergabung dalam ASEAN. Tujuan
dari pembentukan AEC ini sendiri mengatasi permasalahan di berbagai bidang
perekonomian, memudahkan dan mengangkat maupun menyetarakan status keadaan
ekonomi untuk mengahadapi pasar bebas secara besar-besaran. Dimana nantinya
setiap negara ASEAN akan memiliki jangkauan pasar yang lebih luas dengan
kemudahan didalamnya dengan membuka luas pasar arus ekspor-import barang dan
jasa ataupun investasi antarnegara ASEAN dimana
permasalahan tarif dan non tarif sudah tidak diberlakukan kembali.
Menurut
Badan Pusat Statistik (BPS) penduduk Indonesia pada tahun 2010 berjumlah
237.641.326 orang. Sebagai penduduk terbesar di ASEAN merupakan negara dengan
manusia luarbiasa di dalamnya. Selain daripada itu sumber daya alam Indonesia
sangatlah banyak bertebaran dari Sabang sampai Merauke. Seharusnya keberadaan
keanekaragaman sumber daya alam ini dijadikan sebagai peluang untuk membuka
lahan bisnis dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Kenyataan yang
ada, kondisi pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak berbanding lurus dengan
pengurangan angka pengangguran maupun kemiskinan. Sehingga banyak yang
mengambil keputusan secara garis besar bahwa perekonomian Indonesia tidak
berkualitas. Selain itu dengan jumlah kepadatan penduduk yang tinggi. Indonesia
riskan semakin terbawa arus. Dimana masyarakat Indonesia nantinya justru
menjadi konsumtif bukan produktif.
AEC
adalah kesempatan bagi Indonesia untuk mempertahankan eksistensi dan
kegagahannya sebagai negara dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan sumber
daya alam yang bertumpah ruah untuk membanjiri pasar global dengan beragam
produknya. Bersamaan dengan itu tantangan yang akan dihadapi oleh Indonesia
tentunya akan meluas bukan lagi di dalam negeri tapi juga di luar negeri. AEC
sendiri akan membuka kesempatan untuk pekerja dari berbagai daerah ASEAN untuk
memasuki dunia kerja dalam negeri. Oleh sebab itu kemampuan bersaing SDM tenaga
kerja di Indonesia harus segera ditingkatkan.
Menghadapi
waktu yang kian mendekat pada pelaksanaan AEC Indonesia harus mampu
menyeimbangkannya. Indonesia memang telah jauh tertinggal dari tenaga kerja
yang terdidik, namun Indonesia masih bisa mengejar dengan tenaga kerja
terlatih. Tentunya dengan tetap memikirkan regenerasi Indonesia agar mampu
mengejar ketertinggalan dengan menciptakan tenaga kerja yang terdidik juga
terlatih. Keterampilan lain yang harus dikuasai adalah mengenai bahasa asing.
Kenyataan yang ada di Indonesia sendiri banyak usaha-usaha seperti handycraft
dan homeindustry. Hal-hal seperti ini yang harus semakin digalakkan. Tidak
semua masyarakat memiliki kesadaran untuk berwirausaha. Tidak juga semua
masyarakat sudah menemukan keterampilan yang tepat sesuai minat dan bakatnya.
Diperlukan
tinjauan dari berbagai sisi bila ingin meningkatkan dan mencapai kemajuan
bangsa dengan investasi yang lebih. Melihat kondisi padatnya penduduk di
Indonesia maka salah satu bentuk investasi yang dapat dilakukan yaitu dengan
memberdayakan sumber daya manusia. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial dimasa depan yang nantinya
diharapkan mampu memberi perubahan yang baik pula terhadap dunia. Indonesia ke
depannya akan membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berpendidikan serta
memiliki keahlian yang memadai terampil dan terlatih untuk menghadapi
persaingan global. Indonesia harus berani mengambil keputusan untuk merancang
kembali sistem pendidikan yang ada guna menjadikannya mesin penggerak
pembangunan ekonomi, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan SDM yang
berkualitas.
Sekiranya
sangat tepat bila pemerintah harus mempersiapkannya dari sekarang juga. Baik
dari segi kebijakan, dengan menyusun dan menata ulang kebijakan-kebijakan
nasional yang lebih mendukung dan meningkatkan daya saing SDM dan perindustrian
sehingga kualitas SDM Indonesia akan meningkat. Adapun hal lain dengan
mempermudah jalur informasi dan pembentukan kewirausahaan, yang di dorong
dengan pembentukan suatu lembaga khusus yang mewadahi juga memberikan pelatihan
dan keterampilan masyarakat Indonesia. Adapun untuk jangka panjang pemerintah
harus lebih menekankan kepada standarisasi pendidikan nasional juga
keterampilan berbahasa asing. Dewasa, sebagai mahasiswa kita pun harus turut
serta berpartisipasi aktif bukan hanya menjadi penonton. Mahasiswa selaku agent
of change akan mampu melakukan perubahan dengan pengenalan dan sosialisasi
kepada masyarakat luas akan pentingnya keterampilan berbahasa asing. Peran
insitusi ataupun universitas terkait adalah dalam pemberdayaan dan pembekalan
terhadap mahasiswa-mahasiswa yang akan diluluskannya.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana keadaan perekonomian Indonesia saat ini?
2.
Bagaimana kesiapan Indonesia dalam menghadapi persiapan pasar
global AEC 2015?
3.
Apa yang harus dibenahi Indonesia guna mempersiapkan diri
menghadapi AEC 2015?
4.
Bagaimana cara Indonesia berbenah diri untuk menghadapi AEC
2015 ?
1.3 Tujuan
1.
Mengetahui keadaan perekonomian Indonesia saat ini.
2.
Mengetahui kesiapan Indonesia dalam menghadapi persiapan
pasar global AEC 2015
3.
Mengetahui yang harus dibenahi Indonesia guna mempersiapkan
diri menghadapi AEC 2015?
4.
Mengetahui cara Indonesia berbenah diri untuk menghadapi AEC
2015 ?
1.4 Manfaat
1.
Memberi pengertian kepada masyarakat luas akan pentingnya
persiapan menghadapi AEC 2015.
2.
Membuka kesadaran akan pentingnya sumber daya manusia yang
terdidik dan terlatih dalam menghadapi pasar global.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1 Landasan Teori
Menurut
data Badan Pusat Statistik 2013, hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah
penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu
dari 238,5 juta pada tahun 2010 menjadi 305,6 juta pada tahun 2035 (Tabel 3.1).
Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama
periode 2010-2035 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Dalam periode
2010-2015 dan 2030-2035 laju pertumbuhan penduduk turun dari 1,38 persen
menjadi 0,62 persen per tahun (Tabel 3.2). Turunnya laju pertumbuhan ini
ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian. Tingkat penurunan
karena kelahiran lebih cepat daripada tingkat penurunan karena kematian. Angka
Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) turun dari sekitar 21,0 per 1000
penduduk pada awal proyeksi menjadi 14,0 per 1000 penduduk pada akhir periode
proyeksi, sedangkan Angka Kematian Kasar (Crude Dead Rate/CDR) naik dari
6,4 per 1000 penduduk menjadi 8,8 per 1000 penduduk dalam kurun waktu yang
sama. Rata-rata Angka Harapan Hidup pada saat lahir (e0) adalah hasil
perhitungan proyeksi yang sering dipakai sebagai salah satu indikator
kesejahteraan masyarakat. Dengan asumsi kecenderungan IMR menurun serta
perubahan susunan umur penduduk seperti telah diuraikan diatas, maka harapan
hidup penduduk Indonesia (laki-laki dan perempuan) naik dari 70,1 tahun pada
periode 2010-2015 menjadi 72,2 tahun pada periode 2030-2035.
Tim
pengembang ilmu pendidikan UPI pun menuturkan bahwa, secara nasional,
pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga negara
menjadi suatu bangsa. Melalui pendidikan setiap peserta didik difasilitasi,
dibimbing dan dibina untuk menjadi warganegara yang menyadari dan
merealisasikan hak dan kewajibannya. Kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai
warga negara ini apabila dimiliki secara kolektif akan mempersatukan mereka
menjadi suatu bangsa. Pendidikan juga dapat menjadi wahana baik bagi negara
untuk membangun sumber daya manusia yang diperlukan dalam pembangunan juga bagi
setiap peserta didik untuk dapat mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang
dimiliki. Ini sejalan dengan apa yang telah digariskan dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang ini
pendidikan dimaksudkan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinyauntuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Perencanaan
sumberdaya manusia merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi permintaan-permintaan bisnis dan lingkungan pada organisasi di
waktu yang akan datang dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tenaga kerja yang
ditimbulkan oleh kondisi-kondisi tersebut. Pandangan umum ini mengandung arti
bahwa ada 4 (empat) kegiatan yang saling berhubungan, yang membentuk sistem
perencanaan sumberdaya manusia yang terpadu (integrated):
1.
Persediaan sumberdaya manusia sekarang,
2.
Peramalan (forecasts) suplai dan
permintaan sumberdaya manusia,
3.
Rencana-rencana untuk memperbesar jumlah
individu-individu yang qualified, dan
4.
Berbagai prosedur pengawasan dan
evaluasi untuk memberikan umpan balik kepada sistem.
4
hal tersebut merupakan pendapat dari Hasanuddin Rahmad dalam buku Membangun MicroBanking.
Sepakat dengan pendapat Hasanuddin,
Mohammad Ali pun menyatakan, Tingkat kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya pendidikan dapat dipilah-pilah ke dalam empat kategori: (1)
masyarakat dengan tingkat ekonomi yang memadai dan memiliki tingkat kesadaran
yang memadai pula, (2) masyarakat dengan tingkat ekonomi yang memadai namun
memiliki tingkat kesadaran yang rendah, (3) masyarakat dengan tingkat ekonomi
yang rendah namun memiliki tingkat kesadaran yang memadai dan, (4) masyarakat
dengan tingkat ekonomi yang rendah dan memiliki tingkat kesadaran yang rendah.
Berkaitan
dengan SDM mahasiswa selaku regenerasi penerus bangsa diharapkan memiliki
tindakan yang tepat. Ahman menyatakan, Sumber daya manusia yang terlahir dari
kampus akan mampu bersinergi mengelola
sumber daya alam yang berlimpah ruah dii negeri ini – sebagai para profesional
di industri-industri maju atau
berkembang menjadi entrepreneur dan technopreneur. Akan tetapi, menjadi
sesuatu yang keliru jika bekerja di industri-industri yang berpeluang mendulang
banyak uang dijadikan satu-satunya tujuan. Padahal, yang benar adalah bagaimana
mengetahui potensi diri yang diimiliki setiap mahasiswa untuk kemudian
diarahkan, sehingga mampu memiliki keahlian yang optimal dibidangnya. Tidak
hanya bidang yang berkenaan dengan hard
skill, tetapi juga bidang-bidang lain yang bersifat soft skill, yang berlandaskan kecerdasan dan kompetensi diri para
mahasiswa. Alangkah lebih baik jika ‘menghasilkan’ uang adalah akibat dari
berkembang dan optimalnya bidang-bidang itu pada diri mahasiswa, bukan menjadi
tujuan utama.
BAB
III
METODOLOGI
III.1 Sumber Literatur dan Data
Metode penelitian yang digunakan
oleh kami adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini bermula dari
kenyataan yang ada dilapangan juga hasil analisa penggambaran Indonesia
kedepannya. Data yang tercantum diperoleh dan dikumpulkan dengan studi kepustakaan. Berupa data-data
sekunder berupa buku juga informasi dari internet yang validitasnya dapat
dipertanggungjawabkan.
III.2 Pengolahan Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dengan mencari dan
mengumpulkan data – data sekunder yang bersumber dari buku – buku, surat kabar,
data online dan referensi lainnya yang tingkat validitasnya terhadap
permasalahan yang diambil dapat dipertanggung jawabkan. Teknik analisa data
dalam penelitian ini menggunakan metode content analysis, yaitu dengan
menjelaskan dan menganalisis dari sumber-sumber yang ada. Data dambil dari
beberapa tahun terakhir guna melihat perkembangan Indonesia sejauh ini. Analisa yang digunakan menggambarkan
bagaiamana Indonesia melakukan persiapan dalam menghadapi AEC pada tahun 2015.
Data yang diambil berupa grafik dan tabel yang menampilkan beberapa faktor yang
menunjang.
BAB
IV
ANALISA
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1
Data
4.1.1
Data Grafik Perkembangan Daya Saing
Indonesia
4.1.2
Tabel 10 Besar Terbaik Perkembangan
Negara di Asia-Pasifi
4.1.3
Data Masyarakat Umur Produktif dan
Pendidikannya
Jenis
Kelamin
Dan
|
2011
|
2012
|
2013
|
||||||
Tidak/
Belum
|
Masih
|
Tidak Sekolah
|
Tidak/
Belum
|
Masih
|
Tidak Sekolah
|
Tidak/
Belum
|
Masih
|
Tidak Sekolah
|
|
Kelompok
Umur Sekolah
|
Pernah Sekolah
|
Sekolah
|
Lagi
|
Pernah Sekolah
|
Sekolah
|
Lagi
|
Pernah Sekolah
|
Sekolah
|
Lagi
|
Laki-Laki
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7-12
|
1,62
|
97,36
|
1,02
|
1,37
|
97,79
|
0,84
|
1,15
|
98,16
|
0,69
|
13-15
|
0,93
|
86,54
|
12,53
|
0,77
|
88,67
|
10,56
|
0,78
|
89,69
|
9,54
|
16-18
|
0,96
|
58,11
|
40,93
|
0,82
|
61,24
|
37,94
|
0,88
|
63,16
|
35,96
|
19-24
|
1,13
|
14,94
|
83,94
|
0,91
|
15,93
|
83,16
|
1,02
|
20,05
|
78,94
|
7-24
|
1,26
|
66,19
|
32,56
|
1,05
|
67,07
|
31,88
|
1,00
|
68,54
|
30,46
|
Perempuan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7-12
|
1,43
|
97,81
|
0,75
|
1,13
|
98,21
|
0,67
|
0,95
|
98,58
|
0,47
|
13-15
|
0,75
|
89,12
|
10,13
|
0,76
|
90,91
|
8,33
|
0,78
|
91,72
|
7,50
|
16-18
|
0,90
|
57,57
|
41,53
|
0,80
|
61,61
|
37,58
|
0,85
|
63,82
|
35,34
|
19-24
|
1,37
|
13,61
|
85,02
|
1,11
|
16,34
|
82,55
|
1,05
|
19,89
|
79,06
|
7-24
|
1,22
|
64,49
|
34,29
|
1,01
|
67,03
|
31,96
|
0,93
|
68,36
|
30,71
|
Laki-Laki + Perempuan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7-12
|
1,53
|
97,58
|
0,89
|
1,25
|
97,99
|
0,75
|
1,05
|
98,36
|
0,58
|
13-15
|
0,84
|
87,78
|
11,37
|
0,77
|
89,76
|
9,47
|
0,78
|
90,68
|
8,54
|
16-18
|
0,93
|
57,85
|
41,21
|
0,81
|
61,42
|
37,77
|
0,86
|
63,48
|
35,66
|
19-24
|
1,25
|
14,26
|
84,49
|
1,01
|
16,13
|
82,86
|
1,03
|
19,97
|
79,00
|
7-24
|
1,24
|
65,36
|
33,40
|
1,03
|
67,05
|
31,92
|
0,97
|
68,45
|
30,58
|
4.1.4
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut
Provinsi, 2002-2013
Provinsi
|
TPT
|
|||||
2011
|
2012
|
2013
|
||||
Feb.
|
Agust.
|
Feb.
|
Agust.
|
Feb.
|
Agust.
|
|
Aceh
|
8,27
|
7,43
|
7,88
|
9,10
|
8,38
|
10,30
|
Sumatera Utara
|
7,18
|
6,37
|
6,31
|
6,20
|
6,01
|
6,53
|
Sumatera Barat
|
7,14
|
6,45
|
6,25
|
6,52
|
6,33
|
6,99
|
Riau
|
7,17
|
5,32
|
5,17
|
4,30
|
4,13
|
5,50
|
Jambi
|
3,85
|
4,02
|
3,65
|
3,22
|
2,90
|
4,84
|
Sumatera Selatan
|
6,07
|
5,77
|
5,59
|
5,70
|
5,49
|
5,00
|
Bengkulu
|
3,41
|
2,37
|
2,14
|
3,61
|
2,12
|
4,74
|
Lampung
|
5,24
|
5,78
|
5,12
|
5,18
|
5,09
|
5,85
|
Kepulauan Bangka Belitung
|
3,25
|
3,61
|
2,78
|
3,49
|
3,30
|
3,70
|
Kepulauan Riau
|
7,04
|
7,80
|
5,87
|
5,37
|
6,39
|
6,25
|
DKI Jakarta
|
10,83
|
10,80
|
10,72
|
9,87
|
9,94
|
9,02
|
Jawa Barat
|
9,84
|
9,83
|
9,78
|
9,08
|
8,90
|
9,22
|
Jawa Tengah
|
6,07
|
5,93
|
5,88
|
5,63
|
5,57
|
6,02
|
DI Yogyakarta
|
5,47
|
3,97
|
4,09
|
3,97
|
3,80
|
3,34
|
Jawa Timur
|
4,18
|
4,16
|
4,13
|
4,12
|
4,00
|
4,33
|
Banten
|
13,50
|
13,06
|
10,74
|
10,13
|
10,10
|
9,90
|
Bali
|
2,86
|
2,32
|
2,11
|
2,04
|
1,89
|
1,79
|
Nusa Tenggara Barat
|
5,35
|
5,33
|
5,21
|
5,26
|
5,37
|
5,38
|
Nusa Tengggara Timur
|
2,67
|
2,69
|
2,39
|
2,89
|
2,01
|
3,16
|
Kalimantan Barat
|
4,99
|
3,88
|
3,36
|
3,48
|
3,09
|
4,03
|
Kalimantan Tengah
|
3,66
|
2,55
|
2,71
|
3,17
|
1,82
|
3,09
|
Kalimantan Selatan
|
5,62
|
5,23
|
4,32
|
5,25
|
3,91
|
3,79
|
Kalimantan Timur
|
10,21
|
9,84
|
9,29
|
8,90
|
8,87
|
8,04
|
Sulawesi Utara
|
9,19
|
8,62
|
8,32
|
7,79
|
7,19
|
6,68
|
Sulawesi Tengah
|
4,27
|
4,01
|
3,73
|
3,93
|
2,65
|
4,27
|
Sulawesi Selatan
|
6,69
|
6,56
|
6,46
|
5,87
|
5,83
|
5,10
|
Sulawesi Tenggara
|
4,34
|
3,06
|
3,10
|
4,04
|
3,47
|
4,46
|
Gorontalo
|
4,61
|
4,26
|
4,81
|
4,36
|
4,31
|
4,12
|
Sulawesi Barat
|
2,70
|
2,82
|
2,07
|
2,14
|
2,00
|
2,33
|
Maluku
|
7,72
|
7,38
|
7,11
|
7,51
|
6,73
|
9,75
|
Maluku Utara
|
5,62
|
5,55
|
5,31
|
4,76
|
5,51
|
3,86
|
Papua Barat
|
8,28
|
8,94
|
6,57
|
5,49
|
4,47
|
4,62
|
Papua
|
3,72
|
3,94
|
2,90
|
3,63
|
2,81
|
3,23
|
Indonesia
|
6,80
|
6,56
|
6,32
|
6,14
|
5,92
|
6,25
|
4.2 Pembahasan
Melihat laporan dari World Competitiveness Report
beberapa tahun terakhir Indonesia pada tahun 2011 berada di posisi 46.
Sedangkan pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi posisi ke 50. Perubahan
terjadi di tahun selanjutnya yaitu di tahun 2013 Indonesia berada diurutan ke
38. Hasil terakhir Indonesia terus menunjukkan progressnya, dimana kembali
Indonesia naik ke posisi 34.
Secara umum daya saing Indonesia terus meningkat 4 tahun
terakhir, hal ini perlu di apresiasi. Akan tetapi mengingat AEC sudah di depan
mata, dan Indonesia jauh tertinggal dengan negara-negara ASEAN yang justru
banyak menduduki pada 10 peringkat terbaik mengenai daya saingnya. Seperti
halnya Singapura yang menduduki peringkat kedua terbaik, lalu ada Jepang di
posisi keenam . Untuk cakupan Asia Pasifik sendiri Indonesia tidak berhasil
meraih posisi 10 terbaik.
Sudah seharusnya Indonesia tidak terlena dengan terus
meningkatnya posisi Indonesia. Indonesi harus lebih berbenah lagi. Sejalan
dengan berlakunya AEC 2015 ini pastinya daya saing Indonesia bukan lagi skala
nasional melainkan skala Internasional. Dalam jangka nasional saja masih banyak
Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang belum mendapatkan pekerjaan. AEC ini
nantinya akan membuat persaingan lebih ketat dan terasa. Indonesia harus
berbenah. Indonesia harus mempersiapkan segala kemungkinan dan pengantisipasian
dalam jangka panjang dan jangka pendek.
AEC
sebagai kesempatan untuk memperluas pasar arus ekspor-import barang maupun jasa
investasi antaranegara ASEAN. Dimana ini
juga memberi kemudahan transaksi antar negara di Asia Tenggara. Sebentar lagi
Indonesia akan menghadapi AEC ( Asean Economic Community, dimana ini menuntut
kesiapan masyarakat Indonesia pula untuk beradaptasi dan bersaing pada sistem
pasar bebas yang masuk di Indonesia. ASEAN yang menjadi upaya realisasi dari
visi ASEAN 2020 yang melakukan integrasi terhadap ekonomi negara-negara ASEAN
yang membentuk pasar tunggal namun berbasis bersama. Dimana visi 2020 nya dalam
pelaksanaan AEC negara-negara anggota yang berpegang teguh prinsip pasar
terbuka (open market), berorientasi ke luar (outward looking), dan ekonomi yang
digerakkan oleh pasar (market drive economy) sesuai dengan ketentuan
multilateral. Dimana perdagangan bebas tidak hanya disikapi sebagai perdagangan
saja namun juga dilihat dari sektor jasa, tenaga kerja, investasi maupun sosial
budaya diberbagai negara-negara ASEAN. Ada beberapa keuntungan bagi negara yang
sudah siap menyongsog AEC ini, antara lain adalah meningkatkan kompetitif dalam
persaingan ekonomi antar negara, serta meratakan pertumbuhan ekonomi antara
negara Asia Tenggara.
Sumber daya manusia pun menjadi salah satu faktor penentu
keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Para tenaga kerja dari
negara ASEAN yang memiliki kompetensi kerja yang lebih tinggi, tentunya akan
memiliki kesempatan lebih luas untuk mendapatkan keuntungan ekonomi di dalam
AEC. Dengan demikian, kita harus berusaha dengan sunguh-sunguh untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengejar ketertinggalan dari
negara-negara lain, khususnya di kawasan ASEAN. Meningkatkan kualitas SDM harus
diarahkan pada penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) untuk kegiatan
ekonomi yang lebih kompetitif. Pemenuhan SDM yang berkualitas dan unggul karena
menguasai IPTEK akan mempengaruhi struktur industri di masa depan.
Selain mempersiapkan itu semua Indonesia pun harus
mempersiapkan diri untuk bertahan karena AEC 2015 akan segera terlaksana.
Berdasarkan hal tersebut Indonesia harus membuat penanggulangan kesiapan jangka
pendek serta penyiapan jangka panjang SDM Indonesia yang terdidik dan terlatih.
Unttuk jangka pendek Indonesia dapat mengejar ketertinggalan melalui membentuk
SM yang terlatih. Indonesia sudah memiliki banyak homeindustry, yang harus dilakukan oleh negara ini adalah menunjang
bangsanya menjadi terlatih. Masyarakat harus dilatih untuk lebih jeli dan
teliti terhadap kesempatan dan peluang yang ada. Guna menciptakan SDM yang
terlatih, pemerintah dapat menyelenggarakan seminar dan pelatihan khusus.
Pemerintah dapat bekerjasama dengan beragam koperasi yang ada di Indonesia,
juga dengan perusahaan-perusahaan yang memproduksi bahannya menjadi bahan
mentah ataupun setengah jadi yang dapat dikembangkan lagi oleh masyarakt.
Adapun menjalain kerjasama dengan para pemilik lahan juga petani untuk
memberikan nilai harga jual tinggi terhadap produk, juga untuk memberdayakan
dan meminimalkan angka kerugian ditengah musim yang tidak pasti ini.
Untuk persiapan jangka panjangnya, sasaran utam adalah
membentuk SDM yang terdidik dan terlatih. Setelah membentuk SDM yang terlatih
sebelumnya, maka regenerasi yang ada harus dibentuk menjadi SDM yang terdidik
terlebih dahulu. Hal ini sudah diupayakan oleh pemerintah Indonesia dengan
program wajib belajar 12 tahun.
Sasaran
yang ingin dicapai dalam Program Indonesia Pintar melalui pelaksanaan Wajib
Belajar 12 Tahun pada RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya angka
partisipasi pendidikan dasar dan menengah, yaitu:
2. Meningkatnya angka
keberlanjutan pendidikan yang ditandai dengan menurunnya angka putus sekolah
dan meningkatnya angka melanjutkan;
3. Menurunnya
kesenjangan partisipasi pendidikan antarkelompok masyarakat, terutama antara
penduduk kaya dan penduduk miskin, antara penduduk laki-laki dan penduduk
perempuan, antara wilayah perkotaan dan perdesaan, dan antardaerah;
4. Meningkatnya
kesiapan siswa pendidikan menengah untuk memasuki pasar kerja atau melanjutkan
ke jenjang pendidikan tinggi;
5. Meningkatnya jaminan
kualitas pelayanan pendidikan, tersedianya kurikulum yang andal, dan
tersedianya sistem penilaian pendidikan yang komprehensif;
6. Meningkatnya
proporsi siswa SMK yang dapat mengikuti program pemagangan di industri;
7. Meningkatnya
kualitas pengelolaan guru dengan memperbaiki distribusi dan memenuhi beban
mengajar;
8. Meningkatnya jaminan
hidup dan fasilitas pengembangan ilmu pengetahuan dan karir bagi guru yang
ditugaskan di daerah khusus;
9. Meningkatnya dan
meratanya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan sesuai
dengan standar pelayanan minimal; dan
10. Tersusunnya
peraturan perundangan terkait Wajib Belajar 12 Tahun.
Dari hal tersebut jelas Indonesia tengah berbenah diri. Selain
itu pemerintah pun harus mulai menggalakan pentingnya melanjutkan studi ke
perguruan tinggi. Selama ini masyarakat menilai untuk kuliah selalu membutuhkan
biaya yang mahal. Masyarakat belum sepenuhnya tahu dan sadar bahwa banyak
sekali beasiswa yang disebar bagi para mahasiswanya. Hal selanjutnya adalah
dengan regenerasi yang saat ini sedang mengikuti maupun telah lulus dari jenjang
Strata 1 (S1) yaitu menjadi SDM yang terdidik dan terlatih. Pemerintah perlu
melibatkan perguruan tinggi. Langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan
membuat peraturan dan standarisasi kemampuan kompetitif yang harus dimiliki
setiap lulusan dari perguruan tinggi tersebut.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
1.
Indonesia
masih belum siap menghadapi AEC 2015.
2.
Masyarakat
Indonesia belum semua menyadari arti dan pentingnya AEC 2015.
3.
Indonesia
harus berbenah diri engan melakukan penanggulangan persiapan juga penyiapan SDM
yang terdidik dan terlatih.
V.2
Saran
1.
Pemerintah
Indonesia harus bekerjasama dengan beragam pihak terkait, baik itu LSM,
Koperasi juga Perguruan Tinggi guna tercapainya keseragaman standar untuk
mencapai masyarakat yang terdidik dan terlatih.
2.
Indonesia
harus segera membentuk pelatihan dan seminar guna menanggulangi ketertinggalan
dan guna bertahan diri agara tidak terbawa araus menjadi massyarakat yang
konsumtif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan
Bagian 1: Ilmu Pendidikan Teoritis, Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI,
2007 PT IMPERIAL BHAKTI UTAMA.
2.
Rahman,
Hasanuddin, 2004, Membangun
MicroBanking, Pustaka Widyatama,Yogyakarta.
3.
Mohammad
Ali, Pendidikan untuk Pembangunan
Nasional Menuju Bangsa Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi,
Penerbit Imtima, Jakarta, 2009
4.
Sutardi,
Ahman. (2010). Mahasiswa tidak memble
siap ambil alih kekuasaan nasional : Pareto plus. Jakarta: Elex Media Komputindo
Komentar
Posting Komentar