PENANGGULANGAN KESIAPAN JANGKA PENDEK SERTA PENYIAPAN JANGKA PANJANG SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) INDONESIA YANG TERDIDIK DAN TERLATIH DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015


PENANGGULANGAN KESIAPAN JANGKA PENDEK SERTA PENYIAPAN JANGKA PANJANG SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) INDONESIA YANG TERDIDIK DAN TERLATIH DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015





Disusun Oleh :

Yosi Mutiara Pertiwi (13513175)
Lisa Gustia Norma Mungkari (13513184)
Arsy Anastasya Rahmadani (13513185)



Mechanical Education Fair 2015
Universitas Islam Indonesia
Daerah Istimewa Yogyakarta
2015


DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................3
1.4 Manfaat..............................................................................................................4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori...................................................................................................5

BAB III
METODOLOGI
3.1 Sumber Literatur dan Data.................................................................................6
3.2 Pengolahan Data.................................................................................................7

BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data....................................................................................................................8
4.2 Pembahasan........................................................................................................9

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


















Abstrak
Menyadari Asean Economic Community 2015 yang kian mendekat, negara-negara anggota ASEAN termasuk Indonesia harus melakukan realisasi upaya kemantapan diri. Manusia adalah pelaku sebagai pemeran pemenuhan kebutuhan juga sebagai objeknya sendiri yaitu sebagai sasaran dan tolak ukur keberhasilan. Salah satu usaha untuk dapat mengintegrasikan perekonomian Indonesia dalam kesiapan menghadapi Asean Economic Community (AEC) tentunya dengan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk bersama-sama membangun Indonesia yang lebih tangguh dan siap menghadapi AEC, khususnya dalam bidang pendidikan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang dituju adalah SDM yang terdidik dan terlatih.
            Metode penelitian yang digunakan ini adalah deskriptif analitik. Berangkat dari kenyataan yang ada dilapangan juga hasil analisa penggambaran Indonesia kedepannya. Data yang tercantum diperoleh dan dikumpulkan  dengan studi kepustakaan. Data yang diambil adalah data-data sekunder berupa buku, jurnal maupun informasi dari internet yang validitasnya dapat dipertanggungjawabkan.
            Hasil penelitian menunjukkan Indonesia sebagai negara berkembang akan mengalami ketertinggalan apabila tidak segera menyiapkan diri. Budaya masyarakat yang konsumtif justru akan menjadi Indonesia sebagai sasaran tujuan penjualan. Dimana pada akhirnya Indonesia akan tumbuh pesat sebagai negara konsumtif namun mati dalam hal produktivitas. Roda-roda perekonomian masyarakat kecil akan mati bila tidak mulai diberdayakan dan mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Tingkat pengangguran akan terus meningkat karena SDM negeri akan kalah dengan tenaga kerja dari negara lain yang sudah terdidik dan terlatih.
Diperoleh kesimpulan Indonesia masih belum siap seutuhnya untuk menciptakan SDM yang terdidik dan terlatih sekaligus. Seharusnya keduanya berjalan selaras. Namun hal ini dapat ditanggulangi. Dalam jangka pendek yang sekiranya dapat dilakukan yaitu mengadakan pelatihan-pelatihan maupun seminar yang nantinya mampu membuka pikiran setiap orang itu sendiri untuk mampu dan berani memilih keahlian yang akan dia tekuni seterusnya. Usaha yang dilakukan dalam jangka pendek ini untuk memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah layaknya homeindustry maupun handycraft. Sebagai bentuk penanggulangan pengangguran dan penguatan perekonomian masyarakat kecil. Usaha jangka panjangnya nanti akan pengadaan evaluasi terhadap sistem pendidikan yang ada di Indonesia yang diharapkan akan mampu bersaing dengan tatangan global. Pendidikan Indonesia nantinya terarah untuk mampu melintasi budaya dan bahasa. Sangat diyakini Indonesia akan mampu bersaing dalam pasar bebas apabila mau mencoba dan bersegera mengimplementasikan usaha tersebut.

 Format lengkap dapat diunduh di: http://www.4shared.com/web/preview/pdf/rzuaMrqeba?


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Tahun 2015 adalah tahun dimana Indonesia dihadapkan dengan Asean Economic Community (AEC). Menghadapi arus pasar bebas yang terus mengglobal AEC adalah jawaban dari berbagai tantangan untuk negara-negara yang tergabung dalam ASEAN. Tujuan dari pembentukan AEC ini sendiri mengatasi permasalahan di berbagai bidang perekonomian, memudahkan dan mengangkat maupun menyetarakan status keadaan ekonomi untuk mengahadapi pasar bebas secara besar-besaran. Dimana nantinya setiap negara ASEAN akan memiliki jangkauan pasar yang lebih luas dengan kemudahan didalamnya dengan membuka luas pasar arus ekspor-import barang dan jasa ataupun investasi antarnegara ASEAN dimana  permasalahan tarif dan non tarif sudah tidak diberlakukan kembali.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) penduduk Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 237.641.326 orang. Sebagai penduduk terbesar di ASEAN merupakan negara dengan manusia luarbiasa di dalamnya. Selain daripada itu sumber daya alam Indonesia sangatlah banyak bertebaran dari Sabang sampai Merauke. Seharusnya keberadaan keanekaragaman sumber daya alam ini dijadikan sebagai peluang untuk membuka lahan bisnis dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Kenyataan yang ada, kondisi pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak berbanding lurus dengan pengurangan angka pengangguran maupun kemiskinan. Sehingga banyak yang mengambil keputusan secara garis besar bahwa perekonomian Indonesia tidak berkualitas. Selain itu dengan jumlah kepadatan penduduk yang tinggi. Indonesia riskan semakin terbawa arus. Dimana masyarakat Indonesia nantinya justru menjadi konsumtif bukan produktif.
AEC adalah kesempatan bagi Indonesia untuk mempertahankan eksistensi dan kegagahannya sebagai negara dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan sumber daya alam yang bertumpah ruah untuk membanjiri pasar global dengan beragam produknya. Bersamaan dengan itu tantangan yang akan dihadapi oleh Indonesia tentunya akan meluas bukan lagi di dalam negeri tapi juga di luar negeri. AEC sendiri akan membuka kesempatan untuk pekerja dari berbagai daerah ASEAN untuk memasuki dunia kerja dalam negeri. Oleh sebab itu kemampuan bersaing SDM tenaga kerja di Indonesia harus segera ditingkatkan.
Menghadapi waktu yang kian mendekat pada pelaksanaan AEC Indonesia harus mampu menyeimbangkannya. Indonesia memang telah jauh tertinggal dari tenaga kerja yang terdidik, namun Indonesia masih bisa mengejar dengan tenaga kerja terlatih. Tentunya dengan tetap memikirkan regenerasi Indonesia agar mampu mengejar ketertinggalan dengan menciptakan tenaga kerja yang terdidik juga terlatih. Keterampilan lain yang harus dikuasai adalah mengenai bahasa asing. Kenyataan yang ada di Indonesia sendiri banyak usaha-usaha seperti handycraft dan homeindustry. Hal-hal seperti ini yang harus semakin digalakkan. Tidak semua masyarakat memiliki kesadaran untuk berwirausaha. Tidak juga semua masyarakat sudah menemukan keterampilan yang tepat sesuai minat dan bakatnya.
Diperlukan tinjauan dari berbagai sisi bila ingin meningkatkan dan mencapai kemajuan bangsa dengan investasi yang lebih. Melihat kondisi padatnya penduduk di Indonesia maka salah satu bentuk investasi yang dapat dilakukan yaitu dengan memberdayakan sumber daya manusia. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial dimasa depan yang nantinya diharapkan mampu memberi perubahan yang baik pula terhadap dunia. Indonesia ke depannya akan membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berpendidikan serta memiliki keahlian yang memadai terampil dan terlatih untuk menghadapi persaingan global. Indonesia harus berani mengambil keputusan untuk merancang kembali sistem pendidikan yang ada guna menjadikannya mesin penggerak pembangunan ekonomi, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan SDM yang berkualitas.
Sekiranya sangat tepat bila pemerintah harus mempersiapkannya dari sekarang juga. Baik dari segi kebijakan, dengan menyusun dan menata ulang kebijakan-kebijakan nasional yang lebih mendukung dan meningkatkan daya saing SDM dan perindustrian sehingga kualitas SDM Indonesia akan meningkat. Adapun hal lain dengan mempermudah jalur informasi dan pembentukan kewirausahaan, yang di dorong dengan pembentukan suatu lembaga khusus yang mewadahi juga memberikan pelatihan dan keterampilan masyarakat Indonesia. Adapun untuk jangka panjang pemerintah harus lebih menekankan kepada standarisasi pendidikan nasional juga keterampilan berbahasa asing. Dewasa, sebagai mahasiswa kita pun harus turut serta berpartisipasi aktif bukan hanya menjadi penonton. Mahasiswa selaku agent of change akan mampu melakukan perubahan dengan pengenalan dan sosialisasi kepada masyarakat luas akan pentingnya keterampilan berbahasa asing. Peran insitusi ataupun universitas terkait adalah dalam pemberdayaan dan pembekalan terhadap mahasiswa-mahasiswa yang akan diluluskannya. 
1.2 Rumusan Masalah
1.    Bagaimana keadaan perekonomian Indonesia saat ini?
2.    Bagaimana kesiapan Indonesia dalam menghadapi persiapan pasar global AEC 2015?
3.    Apa yang harus dibenahi Indonesia guna mempersiapkan diri menghadapi AEC 2015?
4.    Bagaimana cara Indonesia berbenah diri untuk menghadapi AEC 2015 ?

1.3 Tujuan
1.    Mengetahui keadaan perekonomian Indonesia saat ini.
2.    Mengetahui kesiapan Indonesia dalam menghadapi persiapan pasar global AEC 2015
3.    Mengetahui yang harus dibenahi Indonesia guna mempersiapkan diri menghadapi AEC 2015?
4.    Mengetahui cara Indonesia berbenah diri untuk menghadapi AEC 2015 ?

1.4 Manfaat
1.    Memberi pengertian kepada masyarakat luas akan pentingnya persiapan menghadapi AEC 2015.
2.    Membuka kesadaran akan pentingnya sumber daya manusia yang terdidik dan terlatih dalam menghadapi pasar global.



































BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Landasan Teori

Menurut data Badan Pusat Statistik 2013, hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 238,5 juta pada tahun 2010 menjadi 305,6 juta pada tahun 2035 (Tabel 3.1). Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 2010-2035 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Dalam periode 2010-2015 dan 2030-2035 laju pertumbuhan penduduk turun dari 1,38 persen menjadi 0,62 persen per tahun (Tabel 3.2). Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian. Tingkat penurunan karena kelahiran lebih cepat daripada tingkat penurunan karena kematian. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) turun dari sekitar 21,0 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 14,0 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi, sedangkan Angka Kematian Kasar (Crude Dead Rate/CDR) naik dari 6,4 per 1000 penduduk menjadi 8,8 per 1000 penduduk dalam kurun waktu yang sama. Rata-rata Angka Harapan Hidup pada saat lahir (e0) adalah hasil perhitungan proyeksi yang sering dipakai sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Dengan asumsi kecenderungan IMR menurun serta perubahan susunan umur penduduk seperti telah diuraikan diatas, maka harapan hidup penduduk Indonesia (laki-laki dan perempuan) naik dari 70,1 tahun pada periode 2010-2015 menjadi 72,2 tahun pada periode 2030-2035.

Tim pengembang ilmu pendidikan UPI pun menuturkan bahwa, secara nasional, pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga negara menjadi suatu bangsa. Melalui pendidikan setiap peserta didik difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk menjadi warganegara yang menyadari dan merealisasikan hak dan kewajibannya. Kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara ini apabila dimiliki secara kolektif akan mempersatukan mereka menjadi suatu bangsa. Pendidikan juga dapat menjadi wahana baik bagi negara untuk membangun sumber daya manusia yang diperlukan dalam pembangunan juga bagi setiap peserta didik untuk dapat mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki. Ini sejalan dengan apa yang telah digariskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang ini pendidikan dimaksudkan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinyauntuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Perencanaan sumberdaya manusia merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan bisnis dan lingkungan pada organisasi di waktu yang akan datang dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tenaga kerja yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi tersebut. Pandangan umum ini mengandung arti bahwa ada 4 (empat) kegiatan yang saling berhubungan, yang membentuk sistem perencanaan sumberdaya manusia yang terpadu (integrated):
1.      Persediaan sumberdaya manusia sekarang,
2.      Peramalan (forecasts) suplai dan permintaan sumberdaya manusia,
3.      Rencana-rencana untuk memperbesar jumlah individu-individu yang qualified, dan
4.      Berbagai prosedur pengawasan dan evaluasi untuk memberikan umpan balik kepada sistem.
4 hal tersebut merupakan pendapat dari Hasanuddin Rahmad dalam buku Membangun MicroBanking.

Sepakat dengan pendapat Hasanuddin, Mohammad Ali pun menyatakan, Tingkat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan dapat dipilah-pilah ke dalam empat kategori: (1) masyarakat dengan tingkat ekonomi yang memadai dan memiliki tingkat kesadaran yang memadai pula, (2) masyarakat dengan tingkat ekonomi yang memadai namun memiliki tingkat kesadaran yang rendah, (3) masyarakat dengan tingkat ekonomi yang rendah namun memiliki tingkat kesadaran yang memadai dan, (4) masyarakat dengan tingkat ekonomi yang rendah dan memiliki tingkat kesadaran yang rendah.

Berkaitan dengan SDM mahasiswa selaku regenerasi penerus bangsa diharapkan memiliki tindakan yang tepat. Ahman menyatakan, Sumber daya manusia yang terlahir dari kampus akan  mampu bersinergi mengelola sumber daya alam yang berlimpah ruah dii negeri ini – sebagai para profesional di industri-industri maju  atau berkembang menjadi entrepreneur dan technopreneur. Akan tetapi, menjadi sesuatu yang keliru jika bekerja di industri-industri yang berpeluang mendulang banyak uang dijadikan satu-satunya tujuan. Padahal, yang benar adalah bagaimana mengetahui potensi diri yang diimiliki setiap mahasiswa untuk kemudian diarahkan, sehingga mampu memiliki keahlian yang optimal dibidangnya. Tidak hanya bidang yang berkenaan dengan hard skill, tetapi juga bidang-bidang lain yang bersifat soft skill, yang berlandaskan kecerdasan dan kompetensi diri para mahasiswa. Alangkah lebih baik jika ‘menghasilkan’ uang adalah akibat dari berkembang dan optimalnya bidang-bidang itu pada diri mahasiswa, bukan menjadi tujuan utama.










BAB III
METODOLOGI
III.1 Sumber Literatur dan Data
            Metode penelitian yang digunakan oleh kami adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini bermula dari kenyataan yang ada dilapangan juga hasil analisa penggambaran Indonesia kedepannya. Data yang tercantum diperoleh dan dikumpulkan  dengan studi kepustakaan. Berupa data-data sekunder berupa buku juga informasi dari internet yang validitasnya dapat dipertanggungjawabkan.

III.2 Pengolahan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dengan mencari dan mengumpulkan data – data sekunder yang bersumber dari buku – buku, surat kabar, data online dan referensi lainnya yang tingkat validitasnya terhadap permasalahan yang diambil dapat dipertanggung jawabkan. Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode content analysis, yaitu dengan menjelaskan dan menganalisis dari sumber-sumber yang ada. Data dambil dari beberapa tahun terakhir guna melihat perkembangan Indonesia sejauh ini.  Analisa yang digunakan menggambarkan bagaiamana Indonesia melakukan persiapan dalam menghadapi AEC pada tahun 2015. Data yang diambil berupa grafik dan tabel yang menampilkan beberapa faktor yang menunjang.





























BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1  Data
4.1.1        Data Grafik Perkembangan Daya Saing Indonesia
Description: C:\Users\USER\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\Indonesia Asia.png
4.1.2        Tabel 10 Besar Terbaik Perkembangan Negara di Asia-PasifiDescription: C:\Users\USER\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\top10asia.png
4.1.3        Data Masyarakat Umur Produktif dan Pendidikannya

Jenis
Kelamin
Dan
2011
2012
2013
Tidak/
Belum
Masih
Tidak Sekolah
Tidak/
Belum
Masih
Tidak Sekolah
Tidak/
Belum
Masih
Tidak Sekolah
Kelompok
 Umur Sekolah
Pernah Sekolah
 Sekolah
Lagi
Pernah Sekolah
 Sekolah
Lagi
Pernah Sekolah
 Sekolah
Lagi
Laki-Laki









7-12
1,62
97,36
1,02
1,37
97,79
0,84
1,15
98,16
0,69
13-15
0,93
86,54
12,53
0,77
88,67
10,56
0,78
89,69
9,54
16-18
0,96
58,11
40,93
0,82
61,24
37,94
0,88
63,16
35,96
19-24
1,13
14,94
83,94
0,91
15,93
83,16
1,02
20,05
78,94
7-24
1,26
66,19
32,56
1,05
67,07
31,88
1,00
68,54
30,46
Perempuan









7-12
1,43
97,81
0,75
1,13
98,21
0,67
0,95
98,58
0,47
13-15
0,75
89,12
10,13
0,76
90,91
8,33
0,78
91,72
7,50
16-18
0,90
57,57
41,53
0,80
61,61
37,58
0,85
63,82
35,34
19-24
1,37
13,61
85,02
1,11
16,34
82,55
1,05
19,89
79,06
7-24
1,22
64,49
34,29
1,01
67,03
31,96
0,93
68,36
30,71
Laki-Laki + Perempuan









7-12
1,53
97,58
0,89
1,25
97,99
0,75
1,05
98,36
0,58
13-15
0,84
87,78
11,37
0,77
89,76
9,47
0,78
90,68
8,54
16-18
0,93
57,85
41,21
0,81
61,42
37,77
0,86
63,48
35,66
19-24
1,25
14,26
84,49
1,01
16,13
82,86
1,03
19,97
79,00
7-24
1,24
65,36
33,40
1,03
67,05
31,92
0,97
68,45
30,58

4.1.4 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi, 2002-2013
Provinsi
TPT
2011
2012
2013
Feb.
Agust.
Feb.
Agust.
Feb.
Agust.
Aceh
8,27
7,43
7,88
9,10
8,38
10,30
Sumatera Utara
7,18
6,37
6,31
6,20
6,01
6,53
Sumatera Barat
7,14
6,45
6,25
6,52
6,33
6,99
Riau
7,17
5,32
5,17
4,30
4,13
5,50
Jambi
3,85
4,02
3,65
3,22
2,90
4,84
Sumatera Selatan
6,07
5,77
5,59
5,70
5,49
5,00
Bengkulu
3,41
2,37
2,14
3,61
2,12
4,74
Lampung
5,24
5,78
5,12
5,18
5,09
5,85
Kepulauan Bangka Belitung
3,25
3,61
2,78
3,49
3,30
3,70
Kepulauan Riau
7,04
7,80
5,87
5,37
6,39
6,25
DKI Jakarta
10,83
10,80
10,72
9,87
9,94
9,02
Jawa Barat
9,84
9,83
9,78
9,08
8,90
9,22
Jawa Tengah
6,07
5,93
5,88
5,63
5,57
6,02
DI Yogyakarta
5,47
3,97
4,09
3,97
3,80
3,34
Jawa Timur
4,18
4,16
4,13
4,12
4,00
4,33
Banten
13,50
13,06
10,74
10,13
10,10
9,90
Bali
2,86
2,32
2,11
2,04
1,89
1,79
Nusa Tenggara Barat
5,35
5,33
5,21
5,26
5,37
5,38
Nusa Tengggara Timur
2,67
2,69
2,39
2,89
2,01
3,16
Kalimantan Barat
4,99
3,88
3,36
3,48
3,09
4,03
Kalimantan Tengah
3,66
2,55
2,71
3,17
1,82
3,09
Kalimantan Selatan
5,62
5,23
4,32
5,25
3,91
3,79
Kalimantan Timur
10,21
9,84
9,29
8,90
8,87
8,04
Sulawesi Utara
9,19
8,62
8,32
7,79
7,19
6,68
Sulawesi Tengah
4,27
4,01
3,73
3,93
2,65
4,27
Sulawesi Selatan
6,69
6,56
6,46
5,87
5,83
5,10
Sulawesi Tenggara
4,34
3,06
3,10
4,04
3,47
4,46
Gorontalo
4,61
4,26
4,81
4,36
4,31
4,12
Sulawesi Barat
2,70
2,82
2,07
2,14
2,00
2,33
Maluku
7,72
7,38
7,11
7,51
6,73
9,75
Maluku Utara
5,62
5,55
5,31
4,76
5,51
3,86
Papua Barat
8,28
8,94
6,57
5,49
4,47
4,62
Papua
3,72
3,94
2,90
3,63
2,81
3,23
Indonesia
6,80
6,56
6,32
6,14
5,92
6,25

4.2 Pembahasan
            Melihat laporan dari World Competitiveness Report beberapa tahun terakhir Indonesia pada tahun 2011 berada di posisi 46. Sedangkan pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi posisi ke 50. Perubahan terjadi di tahun selanjutnya yaitu di tahun 2013 Indonesia berada diurutan ke 38. Hasil terakhir Indonesia terus menunjukkan progressnya, dimana kembali Indonesia naik ke posisi 34.
            Secara umum daya saing Indonesia terus meningkat 4 tahun terakhir, hal ini perlu di apresiasi. Akan tetapi mengingat AEC sudah di depan mata, dan Indonesia jauh tertinggal dengan negara-negara ASEAN yang justru banyak menduduki pada 10 peringkat terbaik mengenai daya saingnya. Seperti halnya Singapura yang menduduki peringkat kedua terbaik, lalu ada Jepang di posisi keenam . Untuk cakupan Asia Pasifik sendiri Indonesia tidak berhasil meraih posisi 10 terbaik.
            Sudah seharusnya Indonesia tidak terlena dengan terus meningkatnya posisi Indonesia. Indonesi harus lebih berbenah lagi. Sejalan dengan berlakunya AEC 2015 ini pastinya daya saing Indonesia bukan lagi skala nasional melainkan skala Internasional. Dalam jangka nasional saja masih banyak Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang belum mendapatkan pekerjaan. AEC ini nantinya akan membuat persaingan lebih ketat dan terasa. Indonesia harus berbenah. Indonesia harus mempersiapkan segala kemungkinan dan pengantisipasian dalam jangka panjang dan jangka pendek.
AEC sebagai kesempatan untuk memperluas pasar arus ekspor-import barang maupun jasa investasi antaranegara ASEAN.  Dimana ini juga memberi kemudahan transaksi antar negara di Asia Tenggara. Sebentar lagi Indonesia akan menghadapi AEC ( Asean Economic Community, dimana ini menuntut kesiapan masyarakat Indonesia pula untuk beradaptasi dan bersaing pada sistem pasar bebas yang masuk di Indonesia. ASEAN yang menjadi upaya realisasi dari visi ASEAN 2020 yang melakukan integrasi terhadap ekonomi negara-negara ASEAN yang membentuk pasar tunggal namun berbasis bersama. Dimana visi 2020 nya dalam pelaksanaan AEC negara-negara anggota yang berpegang teguh prinsip pasar terbuka (open market), berorientasi ke luar (outward looking), dan ekonomi yang digerakkan oleh pasar (market drive economy) sesuai dengan ketentuan multilateral. Dimana perdagangan bebas tidak hanya disikapi sebagai perdagangan saja namun juga dilihat dari sektor jasa, tenaga kerja, investasi maupun sosial budaya diberbagai negara-negara ASEAN. Ada beberapa keuntungan bagi negara yang sudah siap menyongsog AEC ini, antara lain adalah meningkatkan kompetitif dalam persaingan ekonomi antar negara, serta meratakan pertumbuhan ekonomi antara negara Asia Tenggara.
            Sumber daya manusia pun menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Para tenaga kerja dari negara ASEAN yang memiliki kompetensi kerja yang lebih tinggi, tentunya akan memiliki kesempatan lebih luas untuk mendapatkan keuntungan ekonomi di dalam AEC. Dengan demikian, kita harus berusaha dengan sunguh-sunguh untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain, khususnya di kawasan ASEAN. Meningkatkan kualitas SDM harus diarahkan pada penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) untuk kegiatan ekonomi yang lebih kompetitif. Pemenuhan SDM yang berkualitas dan unggul karena menguasai IPTEK akan mempengaruhi struktur industri di masa depan.
            Selain mempersiapkan itu semua Indonesia pun harus mempersiapkan diri untuk bertahan karena AEC 2015 akan segera terlaksana. Berdasarkan hal tersebut Indonesia harus membuat penanggulangan kesiapan jangka pendek serta penyiapan jangka panjang SDM Indonesia yang terdidik dan terlatih. Unttuk jangka pendek Indonesia dapat mengejar ketertinggalan melalui membentuk SM yang terlatih. Indonesia sudah memiliki banyak homeindustry, yang harus dilakukan oleh negara ini adalah menunjang bangsanya menjadi terlatih. Masyarakat harus dilatih untuk lebih jeli dan teliti terhadap kesempatan dan peluang yang ada. Guna menciptakan SDM yang terlatih, pemerintah dapat menyelenggarakan seminar dan pelatihan khusus. Pemerintah dapat bekerjasama dengan beragam koperasi yang ada di Indonesia, juga dengan perusahaan-perusahaan yang memproduksi bahannya menjadi bahan mentah ataupun setengah jadi yang dapat dikembangkan lagi oleh masyarakt. Adapun menjalain kerjasama dengan para pemilik lahan juga petani untuk memberikan nilai harga jual tinggi terhadap produk, juga untuk memberdayakan dan meminimalkan angka kerugian ditengah musim yang tidak pasti ini.
            Untuk persiapan jangka panjangnya, sasaran utam adalah membentuk SDM yang terdidik dan terlatih. Setelah membentuk SDM yang terlatih sebelumnya, maka regenerasi yang ada harus dibentuk menjadi SDM yang terdidik terlebih dahulu. Hal ini sudah diupayakan oleh pemerintah Indonesia dengan program wajib belajar 12 tahun.
Sasaran yang ingin dicapai dalam Program Indonesia Pintar melalui pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun pada RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya angka partisipasi pendidikan dasar dan menengah, yaitu:
2. Meningkatnya angka keberlanjutan pendidikan yang ditandai dengan menurunnya angka putus sekolah dan meningkatnya angka melanjutkan;
3. Menurunnya kesenjangan partisipasi pendidikan antarkelompok masyarakat, terutama antara penduduk kaya dan penduduk miskin, antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan, antara wilayah perkotaan dan perdesaan, dan antardaerah;
4. Meningkatnya kesiapan siswa pendidikan menengah untuk memasuki pasar kerja atau melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi;
5. Meningkatnya jaminan kualitas pelayanan pendidikan, tersedianya kurikulum yang andal, dan tersedianya sistem penilaian pendidikan yang komprehensif;
6. Meningkatnya proporsi siswa SMK yang dapat mengikuti program pemagangan di industri;
7. Meningkatnya kualitas pengelolaan guru dengan memperbaiki distribusi dan memenuhi beban mengajar;
8. Meningkatnya jaminan hidup dan fasilitas pengembangan ilmu pengetahuan dan karir bagi guru yang ditugaskan di daerah khusus;
9. Meningkatnya dan meratanya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan standar pelayanan minimal; dan
10. Tersusunnya peraturan perundangan terkait Wajib Belajar 12 Tahun.
            Dari hal tersebut jelas Indonesia tengah berbenah diri. Selain itu pemerintah pun harus mulai menggalakan pentingnya melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Selama ini masyarakat menilai untuk kuliah selalu membutuhkan biaya yang mahal. Masyarakat belum sepenuhnya tahu dan sadar bahwa banyak sekali beasiswa yang disebar bagi para mahasiswanya. Hal selanjutnya adalah dengan regenerasi yang saat ini sedang mengikuti maupun telah lulus dari jenjang Strata 1 (S1) yaitu menjadi SDM yang terdidik dan terlatih. Pemerintah perlu melibatkan perguruan tinggi. Langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan membuat peraturan dan standarisasi kemampuan kompetitif yang harus dimiliki setiap lulusan dari perguruan tinggi tersebut.
















BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.      Indonesia masih belum siap menghadapi AEC 2015.
2.      Masyarakat Indonesia belum semua menyadari arti dan pentingnya AEC 2015.
3.      Indonesia harus berbenah diri engan melakukan penanggulangan persiapan juga penyiapan SDM yang terdidik dan terlatih.
V.2 Saran
1.      Pemerintah Indonesia harus bekerjasama dengan beragam pihak terkait, baik itu LSM, Koperasi juga Perguruan Tinggi guna tercapainya keseragaman standar untuk mencapai masyarakat yang terdidik dan terlatih.
2.      Indonesia harus segera membentuk pelatihan dan seminar guna menanggulangi ketertinggalan dan guna bertahan diri agara tidak terbawa araus menjadi massyarakat yang konsumtif.


DAFTAR PUSTAKA
1.      Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 1: Ilmu Pendidikan Teoritis, Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007 PT IMPERIAL BHAKTI UTAMA.
2.      Rahman, Hasanuddin, 2004, Membangun MicroBanking, Pustaka Widyatama,Yogyakarta.
3.      Mohammad Ali, Pendidikan untuk Pembangunan Nasional Menuju Bangsa Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi, Penerbit Imtima, Jakarta, 2009
4.      Sutardi, Ahman. (2010). Mahasiswa tidak memble siap ambil alih kekuasaan nasional : Pareto plus. Jakarta: Elex Media Komputindo


Komentar

Postingan Populer