Sekali Lagi

Ternyata setelah keguguran itu rasanya perih sekali.
Aku harus minum obat peluruh dan merasakan nyerinya kontraksi.
Aku benci meminum obatnya tapi harus. Temanku yang dokter mengingatkanku akan bahayanya sepsis. Dia bilang kalau aku sakit, anak-anak lebih kasian lagi.

Sedih ya.
Bahkan disaat rasanya diriku sendiri dan hancur pun, aku gak bisa lagi prioritaskan diriku. Aku harus memikirkan anak-anak.

Tapi memang semua sudah kuasa Allah. Karenanya timingnya pun tepat. Aku keguguran saat suami cuti. Dijaga sih ya dijaga ya. Dia juga bantu mengurus anak. Dia yg antar jemput anak selagi disini. Tapi... hatiku rasanya kosong? 

Aku sesekali memegang perutku, mengelus-elus kemudian sadar calon bayiku gak ada lagi, aku menangis lagi.

Ternyata ini memang berat.

Begitu pun dengan suamiku. Dia juga kehilangan. Dia juga bingung melihatku yang sangat sensitif sekarang ini.

Banyak di kepalaku pikiran seperti 
"Seandainya saja.."
"Bagaimana ya kalau aku.."
"Kenapa juga aku harus kepikiran tingkah orang?"
"Misalkan aku gak begini dan begitu apa bayinya masih ada?"

Sekali lagi.
Aku belajar bahwa berduka itu pelajaran seumur hidup.
Aku belajar bahwa ternyata kehilangan ini tidak mudah.
Aku juga belajar kalau cinta gak melulu tentang wujud, bentuk dan postingan.

Komentar

Postingan Populer