Timeline Kami
Aku lupa tanggal tepatnya, yang jelas itu sekitar bulan Maret 2019.
Aku yang saat itu bekerja di proyek, diminta untuk membantukan tim pusat menilai implementasi QHSE di seluruh proyek-proyek. Saat itu rasanya senang-senang saja, aku suntuk juga di proyek terus. Berkeliling Sumatera sejenak ya kenapa tidak bukan? 😂
Sebelumnya aku dari proyek di area Padang, baru kemudian terbang menuju Pekanbaru. Tidak pernah terlintas itu menjadi momen pertama bertemu seseorang yang aku sebut -suami- saat ini 😂🤣
Aku juga saat itu sedang tidak memikirkan cinta-cintaan. Aku sedang jatuh cinta pada diriku sendiri. Aku sedang rajin berolahraga, makananku pun diet sehat yang dihitung kalori yang masuk. Diet ku bukan diet banyak memilih makanan, tepatnya aku makan semuanya, aku hitung apakah kalorinya melebihi batas maksimal harianku. Kalau lebih? Artinya aku harus olahraga lebih ekstra pada hari itu. Sekitar bulan Maret itu juga aku sangat memperhatikan kesehatan kulit, aku skincare an untuk pertama kalinya dengan 10 step Korea. Seseorang yang mengenalku pasti tau betapa aku sangat bodoamat untuk skincare dan makeup selain bedak dan lipstick dulunya. 😂
Ya pokoknya saat itu aku sedang merasa di puncak tertinggi kebahagiaan dan rasa sayang terhadap diri sendiri. Aku justru takut jatuh cinta, takut merusak kasih sayangku kepada diri sendiri. Suka bucin sih habis orangnya :(
NAHKAN MELENCENG KEMANA-MANA CERITANYA HAHA.
Oke kembali ke jalur yang seharusnya. Setibanya di Pekanbaru aku dijemput oleh kak Ana, admin dan medis QHSE Pekdum 1. Sebelumnya kamu memang sudah cukup dekat, jadi pas ketemu langsung ceriwis aja ngobrol. Tiba-tiba kak Ana bilang "Dek, mau ya dikenalin sama teman kakak? Orangnya baik deh dek, dia lagi mau cari yang serius, mau ya dek?" Emmmmm responku ketawa aja.
Sampai akhirnya abang tukang bakso datang menjemput pakai mobil. Eh salah, abang yang ternyata suamiku ini maksudnya wkwkwk. Dikenalin lah sama kak Ana, kalau dia namanya Fadil, 1 tahun lebih tua diatasku, dia staff umum di Pekdum 1. Aku ya ngangguk ngangguk aja kenalan biasa dong.
Kemudian berlanjut kami makan bersama-sama. Masih tidak ada yang berubah, canggung ya tentu saja karena baru kenalan. Tapi kak Ana ini udah menanyakan lagi aja "Dek, gimana dek mau ya kenalan?" Aku yang lagi asik makan menjawab sekenanya aja "Iya terserah kakak ajalah" terus asik makan tanpa menyadari situasi yang terjadi.
Barulah kemudian aku tersadar pas udah sampai di lokasi proyek mereka. Kak Ana menjelaskan kalau yang mau dikenalin itu ya Bang Fadil, alias orang yang tadi jemput kita di bandara, alias orangnya mendengarkan segala obrolan kita, bahkan sampai ke pembahasan mau dikenalin apa tidaknya. Aku auto malu, auto merasa belum apa-apa kok ya aku ini gak ada jaim-jaimnya. Sebab kalau ketemu kak Ana ini ya nyablak aja udah 😂😂😂
Malamnya kami makan lagi sama-sama dan itu semakin membuat suasana canggung. Soalnya aku udah malu hahaha. Gak bakat emang jadi anggun.
Keesokan harinya aku melanjutkan perjalanan dinas ke proyek lain dan yasudah disitu saja obrolan kami tidak berlanjut.
2 minggu kemudian aku ke Pekanbaru lagi, aku menghadiri acara ultah kantorku yang diadakan di Pekanbaru. Barulah kita bertemu lagi, bersama-sama yang lain. Ngapain tuh? Kami makan lagi 🤣 sempat karaokean ramai-ramai dan ya pas itulah lebih banyak mengobrol karena aku si anak bawang ini suka nebeng ke rombongan Pekdum 1 hahahaha.
Herannya, kami tidak ada saling kontak. Tau instagram ataupun whatsapp juga tidak. Hanya kalau bertemu mengobrol ala kadarnya tapi tiba-tiba ditanya oleh 2 orang teman seangkatan MT "Jadi udah sampai mana ci sama Fadil?" (??????????) Aku bingung menjawabnya, soalnya memang gak kemana-mana. 🤣
Hingga kemudian aku menemukan ignya dari tag-tagan teman MT. Aku follow duluan ignya (untung difollback, sampe gak difollback di block lah udah🤣) terus? Terus ya yaudah gak gimana-gimana, gak ada apa-apa. Saling nontonin ig story aja paling hahahaha.
Sampailah di bulan Mei, iya 2 bulan kemudian. Bulan kami berdua sama-sama ultah. Bulan idul fitri, baru lah saling ucap mengucapkan by dm instagram. Kalau dibaca lagi dm instagram itu gak jelas blas lah 🤦🏻♀️ sampai akhirnya tiba-tiba (ya gak tiba-tiba jg sih, ada awal mulanya, tapi gak usah dibahas lah yaaaa) saling melempar pertanyaan mengenai target menikah, pandangan pribadi mengenai pernikahan dsbnya. Karena aku merasa kok pembahasannya semakin mendalam, aku sudahi sendiri. Menurutku ada hal-hal yang harusnya nanti aja dibahasnya dengan seseorang yg ada niatan serius ataupun taaruf, buat apa juga aku bahas sama dia yg gak tau tujuannya apa kan?
Terus akhirnya Juni akhir dibantu seorang teman sebagai penghubung, disepakati untuk taaruf ceritanya (?)
Banyak godaan setelahnya. Sempat bubar ditengah jalan juga karena merasa mentok dan gak bisa ditoleransi lagi. Yang bersangkutan juga sempat mencari oranglain untuk diajak bertaaruf lagi. Tapi lagi-lagi qadarullah jalannya berjodoh, ya balik lagi, meski dengan banyak drama dan ujian. Baik abang yang meragu ataupun aku yang meragu. Kadang merasa lelah banget ngadepin abang yang rupanya aku diuji kesabaran dengan versinya 🙃. Andai dia menguji lebih lama udah meledak kayaknya aku hhh.
Kaget sendiri juga bisa berani memutuskan menikah. Keluarga sendiri juga sebelumnya meminta aku harus mengenal abang dulu sekitar 1 tahun baru boleh menikah, iya maksudnya menikahnya diundur aja ke Maret 2020. Terkesan terburu-buru dan gegabah soalnya, baru mengenal berani mengambil keputusan yang berjangka panjang. Tapi dikembalikan lagi ke Allah, aku istikharah, aku shalat hajat, aku mohon petunjuk, kalau memang jodoh biar dilunakkan hati orangtuaku, dilapangkan perjalanannya. Kemudian? Ya ini lah yang terjadi.
Awalnya susah dapat restunya. Ketika abang datang ke rumah, loh malah jadi mengharu biru, malah pada nangis segala. Restu? Turun begitu saja.
Jadi timelinenya selama 2019 itu.
Maret - bertemu
Mei - chit chat basa basi tak tentu arah 🙃
Juni - taaruf
September - kunjungan pertama ke rumah seorang diri tanpa keluarganya
Oktober - Khitbah
Desember - Menikah
Banyak kejutan setelah menikah. Banyak hal-hal yang perlu disesuaikan, dibicarakan berdua biar saling mengerti.
Allah Maha Baik.
Allah Maha Kuasa.
Allah Penentu Waktu tertepat bagi setiap hambanya.
Terimakasih telah mengujiku ya abang wkwkwk, terimakasih juga telah bertahan. Waktu aku nulis gini, baby dalam perut nendang-nendang nih. Dia merasa ini cringe kali ya haha, gapapa ya nak, mau mengabadikan kisah. Kalau emak apakmu ini gak mudah sampai dikondisi saat ini, izin Allah yang menolong sampai dengan sekarang.
Kami menunggumu lahir dengan selamat dan sehat ya nak. Ayo buat kisah lebih manis lagi ya! Kita semua sayang kamu nak 🤗
Komentar
Posting Komentar