Jangan Lupa, Kita ini Juga Pasangan.

Semalam adalah malam paling random bagi aku dan suami sejak punya newborn part II. 

Soalnya ya kita punya bayi baru lahir tapi kita ngobrol aja terus sepanjang malam sampai tau-tau udah jam 3 pagi, terus panik, baru nyuruh cepet cepet tidur. 🤣

Padahal punya newborn itu ya capeknya bukan main karena memang 2 jam sekali harus bangun dan menyusui.

Sejak punya bayi memang kita jadi kurang bonding sebagai "pasangan" nya. 

Kita sama-sama sibuk mendalami peran jadi orangtua dari 2 anak. Sampai lupa saling mengisi tangki cinta bahwa kita juga masih pasangan dan perlu disirami cinta setiap harinya. 

Bukan berarti aku lupa punya suami, pun juga suami lupa punya istri. Tapi lupa untuk saling memperhatikan satu sama lain. Kita sama-sama kaget, sama-sama berusaha menjaga perasaannya Dhira biar gak merasa "iri" karena hadirnya adik ini.

Semalam tu ya seperti biasa obrolan kita ngomongin Ferdy Sambo 😂 sebagai pasangan yg suka nonton drama korea detektif-detektifan kita mendalami peran sekali. Kita mencoba menganalisis kejadian. Quality time kita agak absurd memang haha.

INNER CHILD

Dari Ferdy Sambo entah kenapa jadi membahas "inner child" nya suami. 

Suami mengutarakan ketakutan-ketakutannya. Suami cerita bagaimana dia gak nyaman kalau jadi pusat perhatian ataupun bicara di depan umum. Bagaimana dia butuh usaha lebih untuk mem push dirinya menjadi lebih berani.

Sungguh kebalikan dari istrinya yang suka ngomong dan nyaman-nyaman aja kalau jadi pusat perhatian ya kan. 🙃

Aku akhirnya mengerti mengapa rasanya temannya suami ini jauh lebih sedikit dibanding aku.

Juga aku mengerti mengapa sekarang suami sungguh banyak membebaskan Dhira dan mengenalkan Dhira dengan banyak hal menantang. Rupanya agar Dhira bisa lebih berani dibandingnya. 

Sampailah tiba-tiba kami membahas "masa lalu"

INTROSPEKSI MASALALU

Masa lalu disini ya masa lalu sewaktu kami berusaha meyakinkan diri masing-masingnya. Sewaktu kami masih saling bertanya "Apa kamu orang yang tepat?"

Ya Allah 3 tahun nikah terkuak aslinya kita sama-sama melewati fase meragu dulu. Ya begitulah ujian orang mau menikah ternyata ya hehehe.

Kami berintrospeksi. Kami mengingat-ingat alasan memilih satu sama lain diantara pilihan yang lain. Kami mengingat bagaimana meyakinkan orangtua masing-masing mengingat pertemuan kita memang singkat. Kami mengingat perjuangan kami dan sungguh Maha Baik Allah yang banyak memberikan nikmat dan kuasanya dalam setiap pertemuan dan perjalanan kami. 

Bagaimana Allah mudahkan kami dalam memiliki keturunan. Bagaimana Allah melapangkan banyak hal.

Malam itu juga suami mengungkapkan kegelisahannya, ketakutannya, juga rasa bersalahnya. Dia mengutarakan beban-beban sebagai kepala rumah tangga yang selama ini terpendam.

Aku pun begitu, mengutarakan banyak hal. Mengenai aku yang sejujurnya sering rindu rumah. Mengenai aku yang terkadang masih terpikirkan kembali untuk kembali bekerja. 

Kami mendekat, kami membangun bonding kami kembali selaku pasangan. Saling memeluk diri dan ketakutan masing-masing.

SESEORANG DARI MASALALU, ALIAS MANTAN

Saking mengalirnya obrolan kami mengenai masalalu. Eh malah keterusan membahas masa lalunya suami alias mantan-mantannya dia. 

Hal ini bisa dibahas setelah aku cukup "berdamai" gak lagi cemburu atau tantrum gak jelas tentunya. Daripada momen romantis bonding sama pasangan daripada jadi momen ribut kan. 🤣

Kami membahas kenapa aku pernah tantrum bahkan ketika mantannya dia gak sengaja like foto lama di ig aku. Foto kami bertiga sewaktu ultah Nadhira. Suami masih heran, karena yg gak sengaja like postingan itu kan mantannya dia. Suami tidak pernah ada komunikasi lagi sama sekali, kok dia juga yang kena amuk aku. 😂

Sampai akhirnya aku bisa terang-terangan bilang ke suami tentang aku juga ada stalking mantannya dia. Suka cari penyakit sendiri yakan aku ini.

Nah kuceritakan dari hasil stalking mantannya itu aku menemukan salahsatu postingan mantanny (iya mantannya suka nulis juga kayak aku) 🙃 yang masiiiiiih saja membahas soal suamiku. 

Aku gerah mantannya masih suka menulis dan menceritakan suamiku. Apalagi kalau sudah menuliskan dengan kata-kata "Mantan 3 tahunku" (pret, eh kok kesal lagi pas ngetik ini) 🤣

Aku tidak rela berbagi suami, meski hanya dalam kenangan mantan pacarnya suamiku itu saja.

Aku ceritakan bagaimana aku ini tidak terima karena mantan pacarnya ini mendeskripsikan suamiku dengan sangat detail. Seperti tubuh tingginya, kumis jenggot bahkan hingga tahi lalat di hidungnya yang dia bilang seperti cokocip zzz.

Bagaimana juga kutemukan ceritanya dia mengenai latar belakang keluarga suami yang sama-sama menjadi guru di suatu sekolah swasta. Hingga adik ipar dan keluarga suami yang di Malaysia pun tidak luput dituliskannya.

Kenapa tidak sekalian saja menuliskan secara detail nama lengkap suamiku? Tidak perlu nama samaran? Apa itu Anna, Badi, Desi? 😂

Aku bilang ke suami kalau aku gak paham jalan pikirannya mantannya. Karena dari putus dengan suami ke waktu kami nikah itu ada jarak 2 tahun. Kami menikah bukan dengan ada adegan rebut merebut pacar orang, atau perselingkuhan. Tidak ada sama sekali yang seperti itu.

Itu pun disalahsatu podcastnya dia bilang kalau jarak kami menikah itu "tidak lama setelah kami putus". Padahal 2 tahun itu aku rasa cukup lama. 

Terlebih kami menikah saat ini sudah mau jalan 3 tahun. Kok ya mantannya ini masih aja bahas suamiku di beberapa postingannya? Udah 5 tahun yg lalu loh. Mantanmu itu sudah jadi suami orang. Bahkan sudah jadi bapak dari 2 anak. Kok ya masih aja sih bahas masa lalu terus?  

I can't relate dan aku gak rela soalnya suamiku dijadiin konten mulu sama dia wkwkwkwk.

Ya tapi mungkin dia juga shock dan kaget.

Suami bilang di tahun yang sama kami menikah. Di bulan yang sama pada pertemuan kami yaitu di Maret 2019, dia juga waktu itu "bertemu kembali" dengan mantan pacarnya itu. Mereka menonton film di bioskop bersama. Lalu tiba-tiba di Desember 2019 suami menikah denganku. Mungkin dia hanya tidak menyangka.

Aku membicarakannya semua itu dengan santai bersama suami. Tiada lagi ledakan ataupun letupan emosi. Aku sudah lebih merelakan atau mungkin lebih masa bodoh kali ya pada apapun yang akan dilakukan mantan pacarnya suamiku itu.

Toh perasaan orang memang tidak bisa diatur. Aku hanya bisa mendoakan keutuhan rumah tangga kami, juga mendoakan agar yang bersangkutan bisa move on, bisa melepaskan dendam, penyesalan atau apapun yang masih tertinggal itu bisa dilepaskan seutuhnya dan berbahagia dijalannya.

Tak terasa waktu sudah pukul 3 pagi. Kami panik dan bergegas tidur karena besok setumpuk tugas kami menjadi orangtua 2 anak sudah menunggu. 😂

Hubungan kami memang baru berjalan menuju 3 tahun. Hubungan yang mungkin masih dini sekali. Masih banyak kami harus saling lebih mengenal satu sama lain. Kami harus saling lebih percaya lagi. Semoga Allah SWT jaga hubungan kami selalu.

Aamiin. Aamiin ya rabbal alamin.

Komentar

Postingan Populer