Tugas Akhir

Semester penghujung ini rasanya benar-benar menyita banyak tenaga, baik pikiran maupun batin.
Bagaimana tidak? Saat ini mulai dituntut untuk tetap stabil dalam perkuliahan, tugas besar, juga penelitian tugas akhir.

"Suruh siapa ambil TA sekarang?"
"Buat apa sih cepet-cepet ambil TA?"
"Buat apa sih lulus cepet?"
"Emang kamu mau ambil S2 apa cepet banget ambil TA?"
"Kamu TA sekarang? Terus tubesmu?"
"Yos yos ngapain sih buru-buru, stres sendiri kan, suruh siapa duluan aja"
Dan masih banyak lagi.

Siapa sih yang terlalu cepat? Aku rasa ini sekarang memang sudah masanya.
Kenapa sekarang? Saya memang sangat tidak yakin akan terus melanjutkan S2, saya cenderung memilih memasuki dunia kerja terlebih dahulu (sepertinya). Lantas mengapa buru-buru? Sebab saya sadar, mempercepat wisuda saya, mempercepat bahagia orangtua saya, mempercepat mengurangi satu beban dipundak mereka. Terlebih saya ingin mengapresiasi diri saya sendiri, saya ingin memberikan hadiah bagi diri saya sendiri bahwa saya mampu menyelesaikannya dengan cepat dan juga tepat.

Saya menangis. Saya lelah. Saya payah.
Engga jarang terlintas mau nyerah. Mau mundur, mau ganti topik, mau ganti partner, mau ngulang lagi semuanya dari awal. Kadang capek nekan ego sedalam-dalamnya tapi di pihak lain terus junjung tinggi egonya. Harus berapa lama lagi? Harus sampai kapan nahan buat kestabilan yang entah apa stabilitas yg dijaga.

Kadang terasa banget perjuangannya sendirian berdarah tanpa darah. Terasa banget mau marah tapi gabisa marah, karena ya percuma. Amarah tidak menyelesaikan apapun, menyulut kesalahpahaman terus.

Kesal dibilang buru-buru. Setiap orang punya target. Begitu pun dengan saya. Bisakah kita lebih berpikir secara bersama, bukan lagi secara individu?

Kita sama-sama mengalah. Mengertilah. Saya mulai lelah mengalah. Maaf saya memang payah.

Komentar

Postingan Populer