Kamu Hanya Butuh Spasi

Teruntuk kamu, yang mungkin sedang patah hati..

Mengenai patah hati.


Yang aku ketahui, patah itu sakit,  dan setiap sakit itu meninggalkan luka. Hati itu rapuh. Tetapi luka tetaplah luka, tiada peduli apa hanya tergores, atau justru tertancap dalam. Luka tetaplah menyakitkan. Entah harus bagaimana aku membingkai setiap kata ini agar menjadi sederhana namun tidak kehilangan arti.
Bukan menggurui, tapi hanya mengingatkan:
"Karena terkadang, ketika kamu telah berjuang mati-matian namun tak menuai hasil pula, berjuanglah kamu dengan merelakan, itu lah sebaik-baiknya perjuangan."

Aku mohon, jangan pernah berhenti menulis.

Patah hati memang tidak pernah menyenangkan. Setidaknya, saat kau meracau dalam tulisan. Menikmati setiap jentik kepedihan tanpa perlu mencari lagi pendengar. Mencari makna dari segala tulisan yang tercipta. Mendamaikan hati yang panas hingga lega mencapai jiwa.

Memang seharusnya kita dewasa. Bukan mendewakan rasa sakit ketika dikecewakan, ataupun diabaikan. Sakit itu seharusnya kita telan, kita nikmati dan kita telaah. Telaah? Kita perlu menelaah dari mana sumber sakit itu, dari pengharapan yang berlebih kah? Dari terlalu banyak menggantungkan asa pada oranglain kah? Ini yang perlu kita cari. Dari mana sumber sakitmu, agar semua bisa diperbaiki di kehidupan selanjutnya. Karena setiap hati yang patah, selalu perlu untuk diperbaiki.

Terlalu larut dalam suatu permasalahan. Apalagi permasalahan hati, terkadang membuat kita lupa. Lupa akan caranya bersyukur. Lupa bagaimana rasanya bahagia. Lupa bagaimana membuat semuanya baik-baik saja. Sungguh, masalah itu ada untuk mendewasakan dirimu sendiri.

Ah daritadi kita hanya berbicara kepahitan. Memang patah hati cenderung membuat kita hanya berpikir negatif. Semakin menggali kepahitan itu sendiri. Karena kamu merupakan tuan dari dirimu sendiri. Maka kontrol lah hal-hal yang menganggu komsentrasi mu terhadap targetmu.

Lantas mengapa harus patah hati pula dengan tulisan? Sementara tulisan adalah alasan kita tetap hidup. Ketika tiada lagi telinga yang mau mendengar. Tiada lagi bahu sebagai tempat bersandar, dan tiada lagi hati yang mampu mengerti segala situasi kita.
Mungkin terkesan picisan, menganggap setiap tulisan adalah cerita pribadi layaknya buku diari.

Tapi aku hanya mampu menggambarkan ini. Hal kecil yang mungkin disepelekan, dan seringkali dilupakan Jangan kita membahas menulis yang lain, yang pembahasannya lebih tinggi. Selain karena kemampuan yang aku sendiri belum setinggi itu. Tapi bukankah hati itu semua tentang kehidupan sehari-hari?

Bukankah menyentuh hati yang patah itu dengan hati lagi? Dengan kenyataan yang ada dikehidupan?


Dengan menulis menunjukkan hidup ini penuh arti. Menulis ini melatih memori, dan juga melatih hati agar tetap tangguh dan kuat.

Dengan menulis, berjuta kejadian yang sekejap akan terlupa bisa menjadi abadi. Menulis merekam ingatan, menulis menggugah jiwa.

Wahai otak dan hati, berdamailah kalian, bergeraklah selaras nan serasi..
"Karena hidupmu itu bukan hanya tentang dirimu saja, tapi pasti ada kehidupan  lain yang mau tidak mau, suka tidak suka, pasti akan berhubungan denganmu"

Lewat tulisan kita mengurai kepedihan. Bersama tulisan kita mengenang dan tersadar akan berbagai kesalahan langkah hidup ini. Semoga pula dengan tulisan ini tidak ada lagi yang mengulangi kesalahan-kesalahan kita ini.

Terkadang kita hanya membutuhkan beberapa spasi, beberapa jarak, dan beberapa waktu untuk memperbaiki keadaan. Pemberhentian yg terlalu lama mungkin akan menimbulkan perkiraan ini semua telah berhenti. Kadang kita lupa, butuh waktu untuk kembali normal.


Kembalilah, tiada lagi selain kata yang ditulis, yang mampu menguraikan setiap makna dari kehidupan. Sekalipun itu dari sisi terpahit, dari sisi terluka, dari sisi patah hati itu sendiri.

Apakamubisamembacatulisaninitanpaterbatabata?

Seperti itulah mungkin kamu sekarang, hanya butuh spasi, butuh jarak dan butuh waktu. 

Jangan terlalu lama berhenti ya. Kehidupan menunggu kamu untuk terus memetik hikmahnya, yang kemudian kamu abadikan dalam sebuah tulisan. Agar bermanfaat kelak bagi siapapun pembacanya.
Tidak pernah mudah untuk berdamai dengan kesakitan, tertawa dalam luka, lalu menari dengan hikmah.

Semoga kita semua mampu bertahan diatas setiap luka. Mampu mengabaikan setiap rasa sakit yang begitu menohok. Semoga kita selalu mampu mengambil hikmah dari setiap kejadian, dan pastinya, semoga kita pun mampu menebar hikmah dan manfaat bagi kehidupan yang lain.

Oia, ini patah hati mu yang ke berapa kali ya? Sudah kesekian kalinya kah? Mungkin kamu lupa. Kita yang telah hancur nyatanya dapat menyusun kepingan kehidupan yang lebih indah.

Dari jiwa yang hampa, masih terdapat ruh yang ingin dipenuhi keinginannya. Maka apabila telah tiba saatnya kematian memisahkan, selain kenangan yang sebentar lagi saja akan terganti dengan kenangan lainnya. Maka hanya untaian kata yang terbingkailah yang akan tetap menjadikan kita semua tetap hidup dihati setiap orang Jikalah memang hidup ini belum menemukan manfaatnya.

Bagaimana bila sampai ajal menjemput belum pula kita menjadi manfaat bagi sekitar?

Maka biarkanlah setiap kata yang ditulis itu menjadi saksi dan abadi. Biarkan ia menemukan hikmahnya dan menunjukkan bahwa kita ini pernah ada, pernah hidup dan pernah bermanfaat.
Yang aku tau, kamu itu kuat! Kamu itu tangguh! Kamu itu luar biasa! Bangkit yuk!

Ah semoga semangat menulis itu muncul lagi. Seperti yang sudah ku katakan sebelumnya. Mungkin kamu hanya butuh spasi, butuh jarak, dan butuh waktu rehat sejenak.

Teruntuk hati yang telah patah, mari membentuk lagi hati yang baru, yang lebih indah lagi dengan tinta emasmu sendiri. ^^

Komentar

  1. Cipaaaaa, Bahagianya aku.. Kamu benar sekali. Ayo segera bangkit!!!, Jangan lama2 ya main mainnya. Doakan ya agar lekas bisa olahraga lagi yang Istiqomah biar bisa pakai baju gamis ku terus. Biar segera kita bsk bisa bersama2 menjaga tanaman padi Bapak Ibu dan melukis pelangi dimana mana. Lope U

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer