Batas Fiksi dan Ilusi
Aku percaya bahwa setiap orang punya hak untuk menulis. Menyampaikan isi hati, mengolah luka, merawat kenangan, bahkan meminjam masa lalu sebagai inspirasi. Namun jangan lupakan bahwa ada garis tipis antara fiksi dan ilusi. Ada batas dalam bercerita. Bukan karena dilarang menulis masa lalu, tapi karena ada kehidupan masa kini yang harus dihormati. Menulis itu tanggung jawab. Terutama ketika kisah yang kita tulis bukan lagi milik kita. Aku pernah memberi ruang. Jika memang ada yang menggantung, aku persilakan menyelesaikannya langsung. Supaya semua tenang, dan tidak ada yang perlu terus dibawa dalam cerita. Aku bahkan membuka pintu untuk hubungan yang sehat dan dewasa. Tapi ternyata tidak semua orang siap berdamai, bahkan setelah diberi kesempatan. Aku pikir waktu dan kedewasaan akan menyembuhkan. Tapi ketika nama, keluarga, dan masa kini terus dibawa ke dalam kisah yang seharusnya fiksi, aku sadar... ini bukan tentang kenangan. Kamu tidak menuliskan kisahmu. Kamu menuliskan hidup ...